Pendukung Prabowo-Hatta demo di gedung MK |
JAKARTA - Dua ibu pendukung capres-cawapres Prabowo-Hatta yang menggelar unjuk rasa di depan Gedung MK, Jakarta, Rabu (20/8/2014) siang, terlibat keributan. Insiden tersebut diduga dipicu tidak terimanya seorang ibu tersebut ada pendukung Prabowo-Hatta diwawancarai pihak Metro TV.
Mulanya reporter Metro TV mewawancari seorang ibu pendukung Prabowo-Hatta tentang keikutsertaannya mengikuti aksi unjuk rasa kali ini. Selanjutnya, ia menanyakan tentang harapan ibu tersebut terhadap putusan gugatan hasil Pilpres 2014 dari Prabowo-Hatta yang akan dibacakan hakim dalam sidang MK pada Kamis (21/8/2014) besok.
"Harapan saya, yah agar Prabowo menang," jawab ibu yang mengenakan kemeja berlogo Garuda Merah berbalut jaket tersebut.
Namun tak lama kemudian, seorang ibu lainnya yang mengenakan kerudung meneriaki dan meminta reporter Metro TV dan ibu yang menjadi narasumber untuk menghentikan wawancaranya.
Meski kondisi kurang kondusif, sang reporter Metro TV tersebut terus melanjutkan wawancaranya.
Setelah tuntas dengan wawancara ibu tersebut, sang reporter mendatangi sang ibu yang melancarkan protes. Ia menanyakan hal yang sama, yakni tentang harapan terhadap putusan MK kepada ibu yang memprotesnya itu. Dengan wajah kesal, ibu tersebut menolak permintaan wawancara dan meminta agar reporter dan juru kamera Metro TV meninggalkan lokasi.
Pantauan Tribun, kedua ibu pendukung Prabowo-Hatta tersebut masih terlibat adu mulut, saling ejek disertai caci-maki kendati reporter dan juru kamera Metro TV sudah menghentikan wawancara.
Sang ibu yang melancarkan protes menyebut ibu yang menjadi narasumber Metro TV sebagai pendukung Prabowo-Hatta susupan lantaran bersedia diwawancarai oleh pihak Metro TV.
"Maju lo sini! Simpatisan Prabowo yang asli nggak mau diwawancarai sama Metro TV. A****g lo, simpatisan palsu, penyusup!" teriak ibu yang mengaku berasal dari Sumatera Selatan itu.
Diketahui, Metro TV disebut-sebut terafiliasi sebagai pendukung capres-cawapres Jokowi-JK.
Si ibu yang menjadi narasumber Metro TV tidak terima tudingan tersebut lantaran ia juga sebagai pendukung Prabowo-Hatta dan hanya menyampaikan tentang harapannya saat wawancara dengan awak stasiun tv tersebut.
"Gua asli, lo kali yang palsu! Santai aja dong, nggak usah kasar, di sini gua juga simpatisan!" katanya.
Para pendukung Prabowo-Hatta lainnya berupaya menenangkan kedua ibu tersebut seraya mendesak agar reporter dan juru kamera Metro TV untuk meninggalkan lokasi.
"Udah sana Metro TV pergi sana, bikin rusuh kita aja, dasar TV Israel. Atuh ibu itu juga segala mau diwawancara, nanti pas tayang beritanya dipelintir sama Metro TV ," kata simpatisan yang kesal.
Selanjutnya, sang reporter Metro TV kembali menghampiri ibu pendukung Prabowo-Hatta yang menjadi narasumbernya. Ia menyampaikan terima kasih dan undur diri.
Reporter Metro TV yang terlibat insiden tersebut mengutarakan, dirinya hanya menjalankan tugas jurnalistik dan tidak bermaksud sedikit pun untuk 'memelintir content wawancara tersebut.
"Padahal, tadi saya hanya menanyakan harapan ibu yang jadi nara sumber saya tentang putusan MK besok. Terus, setelah wawancara saya mengobrol sebentar dengan ibu itu dan pamit, bilang terima kasih, tapi ibu yang di samping itu masih marah-marah dan ribut juga sama ibu yang jadi narasumber saya," ujar reporter Metro TV usai insiden.
Polisi Diatur Demonstran Pendukung Prabowo di MK
JAKARTA - Sekitar seribu pendukung capres-cawapres Prabowo-Hatta kembali berunjuk rasa disertai apel siaga di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jalan Medan Merdeka Barat nomor 6, Jakarta Pusat, Rabu (20/8/2014).
Pihak kepolisian tak kuasa saat massa pendukung Prabowo-Hatta itu menggelar apel siaga dengan 'memaksa' menggunakan empat lajur di jalan tersebut.
Pada Rabu siang, koordinator aksi melalui meminta peserta unjuk rasa untuk merapat dan berkumpul dekat mobil komando untuk persiapan dimulainya apel siaga. Mereka berasal dari Gardu Prabowo, FKPPI, APP, BPM, Asril Center, Laskar Merah Putih, Brigade 08 dan Pemuda Panca Marga.
Meski koordinator aksi sempat kesal lantaran peserta kurang mendengar permintaannya, akhirnya seribu peserta aksi berkumpul dan membentuk barisan.
"Seluruhnya, siap grak!" teriak sang koordinator dengan pengeras suara dari atas truk ala militer.
Pantauan Tribun, empat lajur di depan Gedung MK tak bisa dilewati oleh kendaraan lantaran dipakai untuk apel siaga para peserta apel siaga. Empat polisi lalu lintas berusaha mengatur arus kendaraan agar bisa melewati jalan tersebut mengingat antrean kendaraan sudah mengular hingga Patung Kuda.
Namun, koordinator aksi 'tidak terima' saat sejumlah Polantas melaksanakan tugasnya itu. Ia meminta para Polantas agar mengalihkan arus kendaraan ke jalur busway karena ingin menggunakan empat lajur untuk apel siaga tanpa ada lalu-lalang kendaraan.
"Kepada Kasat Lantas, kami minta dengan hormat, berikan kami ruang. Kami minta jalan ditutup untuk apel siaga. Jangan sampai ada satu pun mobil di antara laskar," teriak koordinator aksi melalui pengeras suara.
"Kepada bapak Hendro Pandowo (Kapolres Jakarta Pusat,-red), kami minta dengan hormat, kepada bapak-bapak polisi (polantas), tolong satu jalur busway saja yang dipakai, daripada ada yang luka, kami tidak tanggung jawab," katanya.
Tak lama sang koordinator meneriakkan permintaannya itu, seluruh kendaraan yang tengah mengantre dialihkan ke jalur busway.
Setelah itu, koordinator aksi memperkenalkan dan mempersilakan anggota Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mayor Jenderal TNI (Purn) Asril Hamzah Tanjung, untuk menyampaikan pidato di hadapan peserta apel siaga.
"Kalian adalah pejuang-pejuang demokrasi," teriak Asril Tanjung saat membuka pidatonya.
Antrean kendaraan baru bisa melewati jalur di Jalan Medan Merdeka Barat setelah massa menyelesaikan dan membubarkan diri usai apel siaga selama sekitar satu jam.
JAKARTA - Sekitar seribu pendukung capres-cawapres Prabowo-Hatta kembali berunjuk rasa disertai apel siaga di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jalan Medan Merdeka Barat nomor 6, Jakarta Pusat, Rabu (20/8/2014).
Pihak kepolisian tak kuasa saat massa pendukung Prabowo-Hatta itu menggelar apel siaga dengan 'memaksa' menggunakan empat lajur di jalan tersebut.
Pada Rabu siang, koordinator aksi melalui meminta peserta unjuk rasa untuk merapat dan berkumpul dekat mobil komando untuk persiapan dimulainya apel siaga. Mereka berasal dari Gardu Prabowo, FKPPI, APP, BPM, Asril Center, Laskar Merah Putih, Brigade 08 dan Pemuda Panca Marga.
Meski koordinator aksi sempat kesal lantaran peserta kurang mendengar permintaannya, akhirnya seribu peserta aksi berkumpul dan membentuk barisan.
"Seluruhnya, siap grak!" teriak sang koordinator dengan pengeras suara dari atas truk ala militer.
Pantauan Tribun, empat lajur di depan Gedung MK tak bisa dilewati oleh kendaraan lantaran dipakai untuk apel siaga para peserta apel siaga. Empat polisi lalu lintas berusaha mengatur arus kendaraan agar bisa melewati jalan tersebut mengingat antrean kendaraan sudah mengular hingga Patung Kuda.
Namun, koordinator aksi 'tidak terima' saat sejumlah Polantas melaksanakan tugasnya itu. Ia meminta para Polantas agar mengalihkan arus kendaraan ke jalur busway karena ingin menggunakan empat lajur untuk apel siaga tanpa ada lalu-lalang kendaraan.
"Kepada Kasat Lantas, kami minta dengan hormat, berikan kami ruang. Kami minta jalan ditutup untuk apel siaga. Jangan sampai ada satu pun mobil di antara laskar," teriak koordinator aksi melalui pengeras suara.
"Kepada bapak Hendro Pandowo (Kapolres Jakarta Pusat,-red), kami minta dengan hormat, kepada bapak-bapak polisi (polantas), tolong satu jalur busway saja yang dipakai, daripada ada yang luka, kami tidak tanggung jawab," katanya.
Tak lama sang koordinator meneriakkan permintaannya itu, seluruh kendaraan yang tengah mengantre dialihkan ke jalur busway.
Setelah itu, koordinator aksi memperkenalkan dan mempersilakan anggota Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mayor Jenderal TNI (Purn) Asril Hamzah Tanjung, untuk menyampaikan pidato di hadapan peserta apel siaga.
"Kalian adalah pejuang-pejuang demokrasi," teriak Asril Tanjung saat membuka pidatonya.
Antrean kendaraan baru bisa melewati jalur di Jalan Medan Merdeka Barat setelah massa menyelesaikan dan membubarkan diri usai apel siaga selama sekitar satu jam.
sumber : tribun