Sebuah perpisahan tentu meninggalkan kesedihan tersendiri bagi siapa pun yang mengalami.
Canda, tawa, diskusi, perdebatan, yang biasanya mengisi sebentar lagi hanya akan menjadi sebuah kenangan.
Suasana seperti itu tampak lekat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hari ini, Rabu (27/7/2016). Tanpa diduga banyak pihak, nama Anies Baswedan masuk ke dalam salah satu menteri yang dicopot Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Seperti biasa, Anies datang ke kantornya sejak pagi.
Namun, hari ini Anies datang berasama orang-orang yang dicintainya, yakni ibunda, Aliyah Rasyid; istrnya, Fery Farhati Ganis; dan putri sulungnya, Mutiara Annisa Baswedan.
Anies juga tidak mengerjakan tugas negara seperti yang diamanatkannya selama hampir dua tahun belakangan.
Anies justru berkemas-kemas merapihkan semua barang-barang pribadi yang ada di ruang kerjanya.
Di dalam ruangan, di sela-sela waktu mengemas barang, Anies tampak memperhatikan betul-betul layar televisi yang memberitakan soal reshuffle kabinet kerja jilid II.
Tak tampak kesedihan di raut wajah Anies.
Sebagai seorang menteri, ia menerima apa pun keputusan Presiden.
Kesedihan Anies justru tumpah ketika berpamitan dengan para stafnya.
Anies mengemasi barang-barang miliknya dibantu beberapa orang stafnya.
Barang-barang tersebut akan dibawa kembali ke rumahnya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Satu per satu barang-barang dimasukkan ke dalam box kontainerdan dibawa ke depan lobi gedung. Anies sempat mengutarakan keinginanya di sela-sela momen haru itu.
"Saya ingin foto beres-beres ruangan dibantuin dengan anak istri," ucap Anies, Rabu (27/7/2016).
Setelah semua terkumpul, sebuah mobil box berplat merah B 9892 PQ menghampiri pintu lobi gedung. Ia disambut dua orang petugas yang bergegas menaikkan barang-barang tersebut ke dalam mobil.
Kabar mengenai reshuffle kabinet kerja jilid II cukup mengejutkan banyak pihak.
Sejumlah menteri yang diprediksi tak akan dicopot justru diganti. Dalam reshuffle kali ini, jabatan Anies sebagai Mendikbud akan diisi oleh mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof. Muhadjir Effendy.
sumber : tribun