Terkutuk! 132 Anak Pakistan yang Tewas Dibantai Taliban - Dreaming Post
Online Media Realiable // Layak dibaca dan perlu!!
Home » , , » Terkutuk! 132 Anak Pakistan yang Tewas Dibantai Taliban

Terkutuk! 132 Anak Pakistan yang Tewas Dibantai Taliban

Written By Dre@ming Post on Kamis, 18 Desember 2014 | 08.52

Seorang siswa sebuah sekolah di Pakistan yang jadi korban penyerangan kelompok Taliban sedang mendapat pertolongan dari Satpam rumah sakit.
”Semakin kecil peti mati, semakin berat untuk digotong,” ujar Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif, seperti dirilis CNN, Rabu (17/12), mengenang 132 anak sekolah yang tewas dibantai Taliban, Selasa. Anak-anak itu, demikian Asif, telah mati syahid dan mereka tewas di garis terdepan dalam perang melawan kelompok teroris di Pakistan.

Air mata duka belum kering. Orangtua, kerabat, dan teman-teman di sekolah masih trauma dan amat berduka mengenang pembantaian oleh tujuh militan Taliban Pakistan di Sekolah Umum Militer (APS) di Peshawar, ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan barat laut, Selasa siang hingga sore itu.

Rumah Sakit Lady Reading di Peshawar, Selasa, penuh sesak oleh ratusan orangtua murid dan kerabat, yang panik dan menangis histeris saat mayat anak-anak kesayangan mereka tiba. Seragam sekolah berlumuran darah membalut tubuh yang kaku, tanpa nyawa.

”Ya Allah, mengapa Engkau mengambil anak saya? Apa dosa anak saya dan semua anak-anak ini,” jerit pilu Irshada Bibi (40) menangisi mayat putranya berusia 12 tahun, yang dibawa ambulans ke rumah sakit.

Isak tangis bersahut-sahutan di rumah sakit. Salah satu keluarga bingung mengenali wajah anak-anak yang tewas terbakar akibat ledakan bom bunuh diri. Selain membawa senjata, para penyerang juga mengikatkan diri dengan bahan peledak dan setidaknya tiga militan meledakkan diri saat dikepung militer.

Setidaknya 141 orang tewas, yakni 132 murid dan 9 anggota staf serta guru, dalam delapan jam serangan Taliban ke sekolah yang dikelola militer itu. Selain orangtua, banyak pemimpin dunia mengecam dan menyatakan dukungan untuk memerangi terorisme.

”Taliban kejam. Mereka membunuh sebagian besar teman kelas saya. Setelah itu saya tidak tahu apa yang terjadi karena saya baru sadar setelah tiba di rumah sakit,” kata Khalid Khan (13), salah seorang siswa yang lolos dari maut di ujung senjata laras panjang militan Taliban.

Tentara kabur

Khan dan teman-temannya, sekitar 150 orang, sedang berada di auditorium sekolah untuk mengikuti pelajaran pertolongan pertama pada kecelakaan ketika serangan itu datang. Uniknya, pelajaran itu diberikan oleh tim militer, terdiri dari tentara dan dokter tentara.

Tiba-tiba ada dua orang bersenjata masuk auditorium setelah menendang paksa salah satu pintu. ”Mereka melepaskan tembakan ke para siswa dan kemudian pergi. Dokter tentara dan tentara berhasil melarikan diri. Kami mengunci pintu dari dalam. Tiba-tiba mereka datang mendobrak pintu lagi, lalu mulai menembak,” kata Khan.

Penyerang berbicara satu sama lain dalam bahasa yang tidak dikenal. Namun, mereka juga menggunakan bahasa yang bisa dipahami, yakni bahasa Arab atau Persia—ini bisa menjadi pertanda bahwa mereka mungkin bagian jaringan militan asing yang bersembunyi di pegunungan terpencil di perbatasan Pakistan dan Afganistan.

Berbicara sambil berbaring di Rumah Sakit Lady Reading, Shahrukh Khan (16) mengatakan, dia dan teman-temannya sedang mengikuti pelatihan di auditorium sekolah. Tiba-tiba empat pria bersenjata yang mengenakan seragam militer Pakistan menyerbu masuk.

”Kami semua merunduk dan bersembunyi di bawah meja. Orang-orang bersenjata itu berteriak keras sebelum menembak. Salah satu dari mereka berteriak, cari dan bunuh,” kata Shahrukh Khan yang terkena luka tembak di kedua kaki.

”Saya melihat sepasang kaki mengenakan sepatu bot hitam besar melangkah mendekati saya. Orang ini tampaknya sedang mencari siswa yang bersembunyi di bawah bangku. Tiba-tiba saya merasakan sakit membakar di kaki karena dua kaki saya ditembak tepat di bawah lutut,” ujar Khan berlinang air mata.

Shahrukh Khan lalu pura-pura mati dengan menggigit ujung dasinya agar desis suaranya tak terdengar. ”Orang dengan sepatu besar itu terus mencari siswa dan menodongkan senjata. Saya terbaring diam sebisa mungkin dan menutup mata. Tubuh saya menggigil karena menyadari kematian sudah dekat. Saya tak akan melupakan sepatu hitam mendekati saya. Saya merasa seolah-olah itulah hari kematian saya,” kenangnya sambil meringis karena menahan sakit di kedua kaki.

Salah satu guru Khan menangis saat tangannya ditembak oleh seorang penyerang. ”Salah satu teroris mendekat, lalu menembaknya hingga dia (guru itu) tidak lagi bersuara. Semua teman di sekitar saya terluka dan tewas. Saya sangat sedih.”

Ayah Khan, seorang pedagang kecil, menghiburnya. ”Anak-anak yang selamat, termasuk saya, masih bertahan di sana untuk beberapa menit. Kemudian saya mencoba untuk berdiri, tetapi tak kuat dan jatuh lagi ke tanah,” ujar Khan lagi.

Ketika merangkak ke ruangan sebelah, Khan menyaksikan pemandangan yang mengerikan. ”Saya melihat asisten di kantor sekolah kami terbakar. Dia terduduk di kursi dengan darah menetes dari tubuhnya yang telah hangus terbakar.”

Setiap kali mengingat kejadian itu, Jalal Ahmed (15), yang juga terluka akibat tembakan dan terbaring di rumah sakit, menangis. Dia mengalami trauma berat. ”Orang-orang itu datang dengan senjata, menembak membabi buta,” katanya.

”Dia terus berteriak: bawa aku pulang, mereka datang lagi dan akan membunuh saya,” ujar Mushtaq Ahmed, ayah dari Jalal Ahmed, tentang anaknya itu.

Penyerangan oleh kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan ini dimulai pukul 10.00. Namun, militer baru menuntaskan penyelamatan anak-anak pada pukul 18.00, atau delapan jam setelah serangan dimulai, dengan semua penyerang tewas. Kata-kata Asif di awal tulisan pantas direnungkan di akhir kisah ini.








sumber : tribun
Share this article :

Visitors Today

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dreaming Post - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Sorga 'n Neraka