Minta Tebusan Rp 1,5 Triliun, Pentagon: ISIS Melebihi Al-Qaeda - Dreaming Post
Online Media Realiable // Layak dibaca dan perlu!!
Home » , , , » Minta Tebusan Rp 1,5 Triliun, Pentagon: ISIS Melebihi Al-Qaeda

Minta Tebusan Rp 1,5 Triliun, Pentagon: ISIS Melebihi Al-Qaeda

Written By Dre@ming Post on Jumat, 22 Agustus 2014 | 08.55

Wartawan AS James Foley dengan eskekutornya yang bertopeng. Foley telah hilang sejak dia ditangkap di Suriah pada November 2012. Namun sebuah video terbaru yang dirilis ISIS menunjukkan Foley dipenggal setelah Presiden Obama memerintahkan serangan udara terhadap posisi kelompok militan itu di Irak utara pada awal Agustus ini.
Pentagon: ISIS Melebihi Al-Qaeda

WASHINGTON - Kecanggihan, kekayaan, dan kekuatan militer Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), disebut akan menjadi ancaman yang diduga melebihi Al-Qaeda, menurut pernyataan pejabat militer AS, Kamis (21/8/2014) malam waktu setempat.

"Mereka adalah ancaman bagi setiap kepentingan yang kita miliki, apakah itu di Irak atau di tempat lain," kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Chuck Hagel, di Pentagon, Kamis. Pentagon menggelar konferensi pers setelah ISIS mengunggah video pemenggalan wartawan asal Amerika Serikat, Selasa (19/8/2014).

Ketika ditanya apakah ISIS akan menjadi ancaman bagi Amerika yang sebanding dengan serangan 11 September 2011, Hagel mengatakan ISIS adalah kelompok yang canggih dan mendapat pendanaan yang baik.

"Mereka melebihi kelompok teroris. Mereka 'menikahi' ideologi, canggih.. kekuatan militer. Mereka didanai dengan sangat baik. Ini melebihi apa yang tampak," ujar Hagel menggambarkan ISIS yang sekarang sudah mencaplok 30 persen wilayah Irak.

Jenderal Martin Dempsey, menambahkan, kelompok itu bisa menimbulkan ancaman langsung terhadap negara-negara Barat lewat warga negara Amerika Serikat maupun Eropa yang kembali ke negara asal masing-masing setelah selesai urusannya di Suriah atau Irak.


Pemenggal Jurnalis AS adalah Seorang Pria Asal London

LONDON - Anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang memenggal jurnalis AS James Foley diidentifikasi bernama John, asal London, Inggris. Demikian dilaporkan harian The Guardian, Rabu (20/8/2014).

Nama John ini diperoleh dari seorang bekas sandera ISIS. Dia mengatakan John bertugas menjadi penjaga para sandera asing yang ditahan di kota Raqqa, Suriah yang merupakan basis terkuat ISIS.

Menurut The Guardian, John kemungkinan besar juga menjadi juru runding awal tahun ini dalam mediasi yang berujung pada pembebasan 11 sandera asing yang kemudian diserahkan kepada pemerintah Turki sebelum dipulangkan.

Sementara itu, harian The Telegraph menggambarkan John sebagai seorang pria cerdas dan terpelajar serta sangat berkomitmen terhadap tujuan ISIS.

Sumber-sumber yang dikutip The Telegraph mengatakan John dan tiga rekannya asal Inggris dijuluki sebagai "The Beatles". John dan ketiga kawannya itu memang diserahi tugas untuk menjaga para sandera asing.

Shiraz Maher, Pusat Studi Radikalisasi di King's College London, mengatakan lebih dari 500 warga Inggris yang bergabung dengan ISIS semakin berani dan arogan dalam beberapa bulan belakangan ini.

Maher menambahkan, pemenggalan James Foley itu membuktikan para anggota ISIS asal Inggris kini memiliki peran penting dan kemungkinan sedang menuju posisi senior dalam tubuh ISIS.

Kepolisian Inggris sudah memiliki nama ratusan orang yang kini bergabung dengan ISIS dan kelompok-kelompok militan lainnya.

Beberapa di antara mereka tak tahan untuk menunjukkan keterlibatan mereka dengan ISIS lewat Twitter dan Facebook. Polisi kini berusaha memeriksa foto-foto mereka dalam rangka mencari pembunuh James Foley.

ISIS Minta Tebusan Rp 1,5 Triliun untuk Pembebasan James Foley

WASHINGTON DC - Situs berita GlobalPost tempat mendiang jurnalis AS James Foley bekerja, Kamis (21/8/2014), mengatakan, para penculik menuntut uang tebusan sebesar 132 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun untuk pembebasan Foley.

"CEO GlobalPost, Philip Balboni, membenarkan bahwa permintaan uang tebusan dari para penculik Jim Foley sebesar 132 juta dollar AS," kata juru bicara situs berita itu.

Foley sudah cukup lama meliput berbagai berita untuk GlobalPost dari Suriah hingga dia diculik pada November 2012. Balboni pun selalu terlibat dalam upaya mencari dan membebaskan Foley.

Harian The Wall Street Journal mengabarkan, Balboni menolak membahas uang tebusan itu, tetapi membagi informasi ini dengan badan-badan yang relevan di pemerintahan AS.

Pada Rabu (19/8/2014), Balboni mengatakan bahwa dia dan keluarga James Foley sempat berkomunikasi dengan para penculik yang menunjukkan keinginan bernegosiasi untuk pembebasan Foley.

Namun, negosiasi itu tidak pernah terwujud dan para penculik tidak bisa dihubungi hingga mereka mengirim pesan kepada orangtua Foley bahwa putra mereka akan dibunuh.

Pasukan Komando AS Gagal Bebaskan Wartawan yang Dipenggal ISIS

WASHINGTON - Sebuah tim Operasi Khusus AS sudah mencoba untuk menyelamatkan James Foley, wartawan yang dipenggal ISIS, dan sejumlah warga Amerika lainnya yang disandera di Suriah dalam sebuah misi rahasia pada awal Juli lalu. Namun, operasi yang diotorisasi Presiden Barack Obama itu gagal. Demikian kata sejumlah pejabat senior AS, Rabu (20/8/2014).

Sehari setelah kaum militan Sunni itu menyebarkan video yang menunjukkan pemenggalan Foley di YouTube dan Twitter, sejumlah pejabat AS menggambarkan apa yang mereka sebut sebuah "operasi yang rumit" di mana puluhan pasukan komando diterjunkan ke daerah terpencil di Suriah. Badan-badan intelijen AS yakin beberapa sandera ditahan militan ISIS yang kini berganti nama menjadi Negara Islam di lokasi yang menjadi target.

Namun, ketika tim Operasi Khusus itu tiba di lokasi, para sandera tidak berada di sana. Para pejabat itu mengatakan, pasukan komando terlibat baku tembak dengan kaum militan, dan satu warga AS sedikit terluka ketika salah satu pesawat AS terbakar. Semua anggota tim kemudian berhasil dievakuasi. Para pejabat itu mengatakan, mereka yakin sejumlah teroris tewas dalam operasi tersebut.

"Upaya itu akhirnya tidak berhasil karena para sandera tidak berada di lokasi operasi," kata seorang pejabat senior pemerintah. "Kami jelas berharap operasi tersebut berhasil."

"Amerika Serikat telah berupaya melakukan operasi penyelamatan baru-baru ini guna membebaskan sejumlah sandera Amerika yang disekap di Suriah oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)," kata juru bicara Pentagon, Laksamana Muda John Kirby, dalam sebuah pernyataan. "Operasi itu melibatkan komponen udara dan darat dan terfokus pada sebuah jaringan penculik tertentu di dalam ISIS."

Para pejabat AS itu tidak membeberkan berapa banyak sandera yang mereka upayakan untuk diselamatkan atau memberikan nama orang-orang yang mereka yakin sedang disandera kaum militan.

Pemerintah AS mengatakan, keputusan memberikan informasi tentang upaya penyelamatan itu dibuat karena sejumlah organisasi media telah siap untuk mengungkapkan pelaksanaan misi tersebut. Para pejabat itu mengatakan, mereka menjaga kerahasiaan misi itu selama berapa minggu dalam upaya untuk "menjaga peluang" bisa melakukan operasi penyelamatan lain.

Para pejabat itu tidak akan memberikan lokasi persis misi tersebut, tetapi menegaskan bahwa jika operasi itu terjadi di atau dekat wilayah berpopulasi padat, hal itu mungkin sudah lama ketahuan. Para pejabat itu juga menolak untuk menggambarkan lokasinya. Mereka mengatakan, sebagian kaum militan di lapangan mungkin belum menyadari bahwa misi itu merupakan sebuah upaya penyelamatan sandera.

Pemerintah AS tidak tahu apakah para sandera tidak pernah berada di lokasi yang ditunjuk intelijen itu, atau apakah mereka telah dipindahkan sebelum tim Amerika tiba. "Yang benar adalah kami tidak tahu," kata seorang pejabat. "Ketika kami tiba di sana, mereka tidak ada. Kami tidak tahu mengapa."

Misi tersebut diotorisasi Obama setelah pihak intelijen menyarankan sebuah lokasi di mana para sandera ditahan, kata para pejabat itu.

Misi tersebut dilakukan pasukan gabungan, yang mencakup anggota dari semua badan militer. Para tentara Operasi Khusus itu, sekitar dua puluhan orang, diterjunkan ke lokasi melalui helikopter dan didukung oleh sejumlah helikopter dan pesawat tempur di atas mereka.

"Kami yakin ada sejumlah militan ISIS jadi korban akibat operasi itu," kata seorang pejabat.

Tentang kegagalan misi itu, seorang pejabat mengatakan, intelijen bukan "ilmu pasti". Ia ingin menggambarkan sebuah "prosedur berlapis" di mana badan-badan intelijen membangun sebuah gambaran tentang di mana mereka yakin para sandera mungkin berada. "Itu terbagun dari waktu ke waktu," kata seorang pejabat senior pemerintah. "Kami tidak pernah melupakan nasib para sandera. Kami tidak pernah berhenti, tidak pernah berhenti berusaha untuk mendapatkan informasi tentang mereka."

Para pejabat itu mengatakan, pemerintah telah terus berhubungan dengan anggota keluarga dari mereka yang ditahan militan selama tahun-tahun dan "secara konsisten dan teratur memberi tahu mereka informasi tentang upaya untuk menemukan para sandera. Keluarga-keluarga itu telah diberi tahu tentang usaha penyelamatan terbaru tersebut, kata para pejabat itu, tetapi tidak mengatakan kapan mereka diberi tahu. "Mereka diberi tahu segera setelah kami merasa secara operasional kami bisa melakukannya," kata seorang pejabat.

Wartawan Amerika James Foley diculik di Suriah utara pada November 2012. Video eksekusinya, yang dirilis Selasa, juga menunjukkan seorang reporter AS yang lain, yaitu Steven Sotloff, yang tampilkan di layar televisi. Sotloff diperlihatkan dalam kondisi masih hidup. Namun, kaum militan itu mengancam bahwa nasibnya sangat bergantung pada keputusan Obama untuk tidak melanjutkan serangan terhadap posisi ISIS.



Dre@ming Post______
sumber : kompas
Share this article :

Visitors Today

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dreaming Post - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Sorga 'n Neraka