Cerita Mengejutkan Mun'im Idries, Autopsi Mahasiswa - Dreaming Post
Online Media Realiable // Layak dibaca dan perlu!!
Home » , » Cerita Mengejutkan Mun'im Idries, Autopsi Mahasiswa

Cerita Mengejutkan Mun'im Idries, Autopsi Mahasiswa

Written By Dre@ming Post on Jumat, 28 Juni 2013 | 12.26

Cerita Mengejutkan Mun'im Idries yang Bantu Penyelidikan Kasus Munir 

"Yang benar-benar aneh, Pollycarpus tiba malam hari dan hanya berada 4 atau 5 jam di Singapura, untuk kemudian kembali dengan pesawat paling pagi ke Jakarta. Mungkinkah pengecekan dilakukan tengah malah saat otoritas Bandara Changi lelap tidur?" papar Mun'im.
Jakarta - Ahli forensik RSCM, Abdul Mun'im Idries ikut membantu autopsi jenazah pejuang HAM, Munir Said Thalib. Mun'im yang juga ditugaskan untuk membantu membongkar kasus itu pun membeberkan sejumlah fakta menarik.

Kisah itu ditulis Mun'im melalui bukunya 'Indonesia X-Files, Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno Sampai Kematian Munir' yang dilaunching di Perpustakaan UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (27/6/2013).

Mun'im saat itu sempat terkejut mengetahui Munir tewas akibat diracun arsenik. Cara pelaku membunuh dengan arsenik dianggap sangat pintar.

"Kasus keracunan semacam itu terjadi tidak sampai 10 persen," tulis Mun'im di halaman 85.

Mun'im sempat menolak ajakan polisi ke Belanda untuk memastikan kematian Munir. Hasil autopsi di Belanda sudah cukup dijadikan bukti penyebab kematian Munir.

"Yang belum diketahui sampai saat ini ialah cara kematiannya (manner of death)," kenang Mun'im.

Di sinilah banyak ditemukan fakta mengejutkan. Tim polisi sempat berkesimpulan arsenik dituangkan dalam jus. Namun kesimpulan itu ditolak Mun'im karena arsenik bakal mengendap di air dingin. Ia juga memastikan kerja arsenik hanya itu bisa dirasa hanya dalam 30 menit.

Mun'im juga menduga TPF bentukan Presiden SBY tidak serius menangani kasus ini. Rapat pertama tim ini malah dipimpin oleh Wakil Direktur Tipikor.

"Ini kan tidak nyambung dengan kasus pembunuhan," sambungnya.

Mun'im dan polisi kemudian mengadakan sejumlah pertemuan di Hotel Nikko untuk membahas TKP. Pencari lokasi kejadian ini merujuk analisa 30 menit miliknya.

Radar saat itu mengarah ke Cafe Bean yang ada di Bandara Changi. Sejumlah pelajar juga melihat Pollycarpus bersama Munir di situ.

Dalam perjalanan penyelidikan itu, Mun'im mengaku pernah dipanggil Kabareskrim Komjen Bambang Hendarso Danuri. Percakapan dengan Bambang itu dituangkan secara detail.

"Dokter, ini untuk merah putih," kata Bambang saat itu.

"Loh kenapa Pak?" tanya Mun'im.

"Kalau kita tidak bisa memasukan seseorang ke dalam tahanan sebagai pelaku, dana dari luar negeri tidak cair. Karena dia tokoh HAM. Kemudian obligasi kita tidak laku Dok," papar Bambang.

Mun'im yakin, gejala maag yang dirasakan Munir di dalam pesawat adalah awal racun bekerja. Proses bekerjanya racun hingga akhirnya Munir ditemukan tewas di atas langit Rumania match dengan TKP di Cafe Bean.

Mun'im juga membagi TKP dalam tiga bagian: perencanaan, eksekusi dan saat wafat. Kejanggalan utama adalah penunjukan Pollycarpus yang ditugas Dirut Garuda saat itu, Indra Setiawan untuk mencari tahu penyebab insiden Boeing 747 Singapura-Amsterdam beberapa waktu sebelum Munir tewas.

Aneh karena seorang pilot Airbus 330 ditugasi untuk mengecek kenapa roda pendaratan pesawat saat itu macet. Jika urusan roda yang ingin diselidiki, kenapa bukan mekanik yang dikirim.

"Yang benar-benar aneh, Pollycarpus tiba malam hari dan hanya berada 4 atau 5 jam di Singapura, untuk kemudian kembali dengan pesawat paling pagi ke Jakarta. Mungkinkah pengecekan dilakukan tengah malah saat otoritas Bandara Changi lelap tidur?" papar Mun'im.

Hal lain, CCTV Bandara Soekarno-Hatta saat itu hanya dua saja yang aktif. Pesawat yang ditumpangi Munir ke Changi juga terus mengalami delay. Belakangan diketahui delay itu karena sedang menunggu pesawat Garuda dari Singapura.

"Pesawat tersebut berisi Pollycarpus," tegas Mun'im.

Pollycarpus memang sudah dipenjara. Namun Mun'im sendiri menuliskan masih banyak misteri dalam kasus ini.

"Urusan apa Pollycarpus menghabisi Munir? Kalau memang dia 'ditugaskan', oleh siapa?" tulis Mun'im penuh pertanyaan.

Cerita Mun'Im Idris Saat Autopsi Mahasiswa Trisakti Korban Penembakan  

Jakarta - Suasana di Jakarta di malam penembakan mahasiswa Trisakti sangatlah mencekam. Pakar forensik dr. Abdul Mun'Im Idries yang ikut mengautosi menceritakan bagaimana menakutkannya keadaan saat tertembaknya empat
mahasiswa itu.

Kisah itu ditulis Mun'im melalui bukunya 'Indonesia X-Files, Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno Sampai Kematian Munir' yang dilaunching di Perpustakaan UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (27/6/2013).

Saat kejadian, Mun'im mendapat telepon dari Kasat Serse Polres Metro Jakarta Barat Idham Aziz, untuk mengautopsi jenazah korban penembakan. Ia disuruh menunggu di pos polisi Terminal Grogol.

Selama menunggu Mun'im dihubungi oleh Kapolres Jakarta Barat, Timur Pradopo dan Kapolda Metro Jaya, Hamami Nata. Ia disuruh menunggu sebelum diperintahkan melakukan autopsi. kemudian Mun'Im pun berangkat menuju RS Sumber Waras dengan membonceng motor petugas.

Ditengah perjalanan Mun'Im merasakan keanehan. Petugas yang membawanya memilih untuk
melalui jalan tikus, padahal saat itu keadaan tengah sepi dan seharusnya
mereka bisa langsung lurus menuju RS Sumber Waras

"Pak dokter, kita tidak tahu siapa kawan siapa lawan. Ini semua demi keselamatan dokter," ungkap si petugas kepolisian yang mengantarnya.

Sesampainya di rumah sakit Mun'im bertemu dengan mahasiswa dan keluarga korban. Mereka semua menolak untuk diadakanya pemeriksaan bedah mayat.

Setelah Mun'im berusaha meyakinkan keluarga, akhirnya pemeriksaan pun dimulai.
Setelah melakukan pemeriksaan sekitar 90 menit, Mun'im mendapatkan hasil. Masing masing mendapat luka tembak pada daerah mematikan, bukan untuk melumpuhkan.

Usai pemeriksaan, Mun'im kembali ke ruang administrasi, disana, Mun'im bertemu dengan Marzuki Darusman dan Amaral yang pada saat itu menjabat sebagai ketua dan sekretaris jenderal Komnas HAM.

Saat bertegur sapa dengan Marzuki Darusman, dia menerima SPVR (surat permintaan Visum et Repertum) dari
kepolisian. Anehnya SPVR yang diterimanya sebanyak 6 buah sedangkan korbannya hanya ada 4. Selain itu tidak ada identitas para korban dan yang tertera hanya tanda tangan penyidik.

"Maaf pak dokter, kami tidak tahu berapa korban yang tewas dan kami juga tidak tahu nama para korban" jawab petugas Polres Jakarta Barat.

Seusai jumpa pers, pukul 4 pagi Mun'im sudah dijemput oleh petugas dari Polres Jakarta Barat. Saat Mun'im meminta untuk diantar pulang, petugas Kasat Serse Polres Metro Jakatra Barat malah mengantarnya
menuju Polda. Setibanya di Polda, di lantai pertama Mun'im berjumpa dengan Sudi Silalahi dari
Kodam V jaya, kemudian dia menuju ruang Kapolda.

Saat itu dia hanya berdua dengan Hamami Nata, kemudian Mun'im membuka pembicaraan dengan menyampaikan hasil autopsi.

"Saya sudah perintahkan kepada semua anak buah saya agar mereka tidak menggunakan peluru tajam. Mereka yang menghadapi pengunjuk rasa hanya dibekali peluru karet atau peluru hampayang terbatas jumlahnya. Dari mana datangnya peluru ini?" Ungkap Hamami Disitu Mun'I'm berpikir kalau Kapolda dikerjain.


sumber : detik
Share this article :

Visitors Today

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dreaming Post - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Sorga 'n Neraka