ZC, bocah berusia sembilan tahun, misalnya, dua pekan lalu melaporkan telah diperkosa ayah tirinya ke Komnas PA. Sementara RR (7 tahun) diduga dicabuli oleh RA (17 tahun) Desember 2012. |
"Pada 2011, ada 2.509 laporan kekerasan, 2012 ada 2.637 laporan," ujar Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait. Dari total kasus tersebut, imbuh dia, pada 2011, tercatat 59 persen di antaranya adalah kekerasan seksual dan pada 2012 meningkat menjadi 62 persen.
Menurut Arist, tingginya angka kasus mencerminkan buruknya situasi perlindungan anak di Indonesia. Itu pun, duga dia, angka sesungguhnya di lapangan masih jauh lebih besar. "Puncaknya gunung esnya saja belum tampak karena tingginya kasus kekerasan pada anak sampai sekarang tetap tak terlihat."
Kasus-kasus itu
ZC, bocah berusia sembilan tahun, misalnya, dua pekan lalu melaporkan telah diperkosa ayah tirinya ke Komnas PA. Sementara RR (7 tahun) diduga dicabuli oleh RA (17 tahun) Desember 2012.
Ada juga PD, gadis berusia 18 tahun yang belum lama ini mendatangi Polres Jakarta Timur untuk melaporkan perbuatan ayahnya, DP (42 tahun). Kepada penyidik, PD mengungkapkan sudah diperkosa oleh ayahnya sendiri sejak dia berusia 13 tahun.
Kasus tragis RI (11 tahun) tentu tak bisa dihapus begitu saja dari catatan kelam. Dia meninggal setelah sepekan kritis di RS Persahabatan. Meski dia meninggal karena radang otak, dokter memastikan ada luka lama di organ kelaminnya yang menyebabkan kerusakan karena infeksi.
"Saya mendengar dari tim dokter bahwa ada luka yang bukan baru di sekitar alat vital korban dan vaginanya rusak diduga infeksi. Mungkin inilah yang membuat korban tidak tertolong lagi," kata Arist. Belakangan diketahui semua kerusakan di alat kelamin RI adalah akibat perbuatan ayahnya sendiri.
Sayangnya, polisi kesulitan menjerat ayah RI. "Ada beberapa kendala yang dihadapi penyidik, di antaranya karena korban sendiri sudah meninggal dunia sebelum dapat mengambil keterangan dari korban," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Rikwanto.
Tahun darurat kekerasan seksual pada anak
Kasus RI, menurut Arist, menandai tahun yang suram dalam upaya perlindungan anak dari kekerasan seksual. Dia pun menyebut 2013 sebagai tahun darurat seksual terhadap anak. "Masyarakat harus menuntut agar negara meningkatkan hukuman bagi orang dewasa yang melakukan kekerasan seksual (terutama pada anak)," ujarnya.
Sementara itu, menanggapi kasus RI dan maraknya kasus kekerasan seksual pada anak belakangan ini, DPR dan pemerintah berjanji akan segera membahas revisi Undang-Undang KUHP. Anggota Komisi III Bidang Hukum Martin Hutabarat mengatakan, DPR tengah menunggu pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM menyerahkan RUU KUHP untuk dibahas. Menurut dia, pemberatan hukuman bagi pelaku kekerasan pada anak bisa dilakukan melalui revisi UU KUHP ini.
Namun,
Eva Kusuma Sundari, anggota Komisi III DPR, memberikan solusi yang
lebih cepat agar pelaku kekerasan seksual segera dihukum
seberat-beratnya. "Kalau mau dipaksakan saat ini bisa. (Yaitu) Mahkamah
Agung membuat fatwa daripada menunggu UU diubah."
Sementara itu,
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar
mengaku prihatin atas terus meningkatnya kasus kekerasan seksual
terhadap anak-anak. "Jumlah kekerasan pada anak mengalami peningkatan
pada tahun lalu. Masyarakat dan segenap pihak terkait wajib bekerja sama
untuk menangani masalah ini," kata Linda.
Hal yang lebih
memprihatinkan, tambah Linda, adalah fakta bahwa pelaku kekerasan pada
anak umumnya kerabat terdekat korban yang seyogianya justru memberi
perlindungan kepada mereka. "Jika kekerasan terhadap anak tidak
diantisipasi, maka 2013 bisa menjadi tahun darurat bagi keselamatan
anak."
Linda pun menyoroti UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang dinilainya tidak efektif diterapkan untuk
menjerat para pelaku tindak kekerasan pada anak. "Hukuman maksimal pada
pelaku jarang diberikan."
Kendala pengungkapan kasus
Sulitnya
mengungkap kasus kekerasan seksual pada anak dan membawa pelakunya ke
meja hijau diduga karena "otoritas sosial" para pelaku lebih tinggi
daripada korban. "Pelaku umumnya memiliki otoritas lebih tinggi
ketimbang korban sehingga korban memilih diam. Pelakunya bisa guru,
ayah, atau kakak tiri," kata psikolog Polda Metro Jaya Ajun Komisaris
Besar Besar Nur Cahyo.
Komisioner Komnas Perempuan, Herawati,
menambahkan, pelaku yang masih punya hubungan sedarah semakin membuat
korban kehilangan keberanian menyampaikan apa yang dia alami.
Kesulitan
lain membawa kasus-kasus kejahatan seksual pada anak ke meja hijau,
ujar Herawati, adalah lemahnya sistem perundangan. "Keterangan korban
di bawah umur tidak diakui dalam sistem perundangan kita."
Kekhawatiran
bakal tidak dipercaya diduga menjadi kendala pengungkapan kasus
kekerasan seksual dengan pelaku sedarah. "Butuh waktu terapi lebih
panjang agar korban mau mengungkap apa yang ia alami," kata psikolog
klinis Lia Latief Sutisna.
Apalagi kekerasan seksual di lingkungan
keluarga atau asrama sekolah cenderung tanpa saksi mata. "Untuk
mengungkap, para penyidik biasanya mengandalkan hasil riset laboratorium
dan kepiawaian para ilmuwan meyakinkan majelis hakim," ujar Kasat
Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya AKB Helmy Santika.
Kasus
pemerkosaan yang dilakukan oleh orang terdekat korban, menurut psikolog
Universitas Indonesia, Tika Bisono, adalah penyimpangan sosial yang
bisa jadi disebabkan oleh depresi yang kemudian menyebabkan rusaknya
pola pikir pelaku. "Bisa saja pelaku frustrasi dengan kehidupannya
sendiri, kemudian mencari pelampiasan dan anggota keluarga yang jadi
target," ujar Tika.
Kasus perceraian, tambah Tika, juga menjadi
faktor lain penyebab perkosaan di dalam keluarga. Belum lagi, anak-anak
cenderung menelan mentah-mentah "doktrin" untuk patuh kepada orang tua.
"Kata-kata 'nurut orang tua' ini jadi soft terror," kata dia.
Sosiolog
dari Universitas Sumatera Utara, Badaruddin, menyebutkan, tindakan
pelecehan yang dialami anak itu bukannya hanya dilakukan para remaja,
orang dewasa, tetapi juga kakek-kakek. "Ini bukan hanya melanggar
pidana, tapi (seharusnya) pelanggaran berat HAM. Seorang anak yang masih
dalam pembinaan orang tua harusnya dilindungi, bukan dilecehkan," tegas
dia.
sumber : kompas