Jalur Dijaga Naga Bontot, Korban Bergelimpangan Tergencet - Dreaming Post
Online Media Realiable // Layak dibaca dan perlu!!
Home » , » Jalur Dijaga Naga Bontot, Korban Bergelimpangan Tergencet

Jalur Dijaga Naga Bontot, Korban Bergelimpangan Tergencet

Written By Dre@ming Post on Senin, 19 Juni 2017 | 11.14

Kondisi mobil travel yang ringsek berat usai terguling dan menabrak truk di Km 121 - 122 Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya
Korban Bergelimpangan Tergencet di dalam Mobil dalam Laka Maut di Km 121-122 Gilimanuk

NEGARA - Joko Liswanto (24), warga Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur, terus merintih sedari tiba di RSUD Negara, Minggu (18/6/2017) dini hari.

Dengan mata yang masih terpejam dan leher disangga alat bantu medis, Joko berusaha mengingat kecelakaan maut yang baru saja menimpa rombongannya di Km 121-122, Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, pada Sabtu (17/6/2017) malam.

"Tiba-tiba saja mobil kecelakaan, terus teman-teman saya pada bergelimpangan tergencet di dalam mobil," ujar Joko memulai ceritanya ketika ditemui di RSUD Negara, kemarin.

Joko menuturkan, saat kejadian ia beserta rombongan naik mobil travel minibus Isuzu Elf nopol S 7485 N dari kawasan Petitenget, Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, hendak mudik menuju kampung halaman mereka di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Mobil travel berplat hitam tersebut dikemudikan oleh Subagio (50) asal Desa Suci, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, dan mengangkut 12 orang penumpang. 10 orang penumpang di antaranya merupakan rekan kerja Joko sesama buruh bangunan dan dua orang sisanya penumpang jemputan atau carteran.

"Semuanya dari Jember, kami mau mudik ke Jember. Beruntung saya selamat. Saya kurang tahu kronologisnya karena saat itu tertidur. Mobilnya muat 13 orang termasuk sopirnya dan saya duduknya di tengah-tengah," tandas Joko dengan terbata-terbata sembari mencoba menahan rasa sakit di lehernya.

Berdasarkan informasi di Unit Laka Polres Jembrana, kecelakaan maut ini terjadi di Km 121-122, tepatnya sekitar 500 meter di sebelah barat Pura Tirta Empul Purwoning Jagat, Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya.

Lokasi ini memang dikenal sebagai jalur rawan kecelakaan dengan serentetan peristiwa kecelakaan yang terjadi.

Karenanya, pada angkutan Mudik Lebaran 1438 H kali ini Sat Lantas Polres Jembrana memasang sejumlah baliho peringatan di sekitar jalur ini.

Saat itu, minibus Elf yang dikemudikan oleh Subagio alias Pak Yok datang dari arah timur (Denpasar) menuju Barat (Gilimanuk).

Namun setibanya di TKP, mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi ini kemudian nyaris bersenggolan dengan sebuah truk tak dikenal yang datang dari arah berlawanan.

Minibus Elf berwarna kuning --yang disebut-sebut mobil travel bodong-- ini kemudian mengalami out of control (OC).

Subagio sebagai sopir tak bisa mengendalikan mobil hingga oleng dan akhirnya terbalik dengan posisi badan mobil rebah ke kanan.

Tak sampai di situ, mobil dengan posisi rebah ke kanan ini kemudian terseret sekitar puluhan meter ke arah barat hingga masuk ke jalur yang berlawanan.

Nahas, dari arah berlawanan muncul truk tronton Hino nopol DK 9455 WL bermuatan semen 36 ton yang dikemudikan oleh I Putu Sarga (45), warga dari Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara.

Akibatnya, tabrakan maut pun tak terhindarkan. Mobil travel yang terseret menghantam bagian depan truk hingga akhirnya tersangkut.

Bahkan, lantaran kerasnya benturan, minibus Elf mengalami ringsek berat hingga nyaris menjadi satu antara bagian depan dan belakangnya.

"Tiba-tiba mobil yang terbalik di depan itu masuk jalur saya dan langsung menghantam bemper depan truk. Saya sampai mengangkat kaki agar tak terjepit kemudi karena benturannya keras sekali," ungkap sopir truk yang selamat dari kecelakaan maut tersebut, I Putu Sarga, ketika ditemui di Unit Laka Polres Jembrana Minggu kemarin.

Akibat kecelakaan maut tersebut, delapan orang yang terjepit di dalam mobil langsung meninggal dunia (MD) di lokasi kejadian.

Mereka adalah Subagio (50) yang sebagai sopir mobil travel, Suwari (50) dari Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Tohari (49) dari Desa Suci, Kecamatan Panti, Achmad Zaini Muchtar (36) dari Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji, Ahmad Haris (45) dari Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Faris Ariadi (27) dari Desa Kemiri, Kecamatan Panti, dan Jumari (30) dari Desa Mencek, Kecamatan Sukaranti, dan Abdul Rozak (28) dari Desa Suci, Kecamatan Panti.

Sementara lima orang penumpang mobil travel yang selamat ini adalah Abu Amin (47) dari Desa Suci, Kecamatan Panti, Taufik Hidayat (19) dari Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Risqi Mubarok (21) dari Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Muhamad Ridwan (19) dari Desa Kemiri, Kecamatan Panti, dan Joko Liswanto (24) dari Desa Kemiri, Kecamatan Panti.

Saat ini mereka masih mendapatkan perawatan intensif di Puskesmas Gilimanuk dan RSUD Negara.

Evakuasi Alot

Kasat Lantas Polres Jembrana, AKP I Nyoman Sukadana, seizin Kapolres Jembrana, menjelaskan proses evakuasi belasan korban berlangsung alot.

Hal ini lantaran kondisi kendaraan yang nyaris menyatu sehingga pihaknya kesulitan untuk mengeluarkan para korban.

Hingga akhirnya, personel di lapangan yang dibantu oleh warga sekitar memutuskan untuk memotong atap mobil minibus ini dengan alat pemotong besi khusus.

Setelah para korban berhasil dikeluarkan, jasad tujuh korban yang meninggal di tempat kejadian kemudian dievakuasi menuju Puskesmas Gilimanuk.

Sedangkan korban Abdul Rozak sempat masih bernapas dan dibawa ke Puskesmas Gilimanuk.

Namun akhirnya meninggal dalam perjalanan ketika dirujuk menuju ke RSUD Negara.

Sementara lima orang korban lainnya yang mengalami luka ringan dan luka berat dua orang di antaranya dirawat di Puskesmas Gilimanuk dan tiga orang sisanya dirawat di RSUD Negara.

Selain menewaskan delapan orang dan melukai lima lainnya, kecelakaan ini juga mengakibatkan kekroditan di jalur Nasional Denpasar-Gilimanuk. Pasalnya, minibus tersebut tersangkut di bagian bemper depan truk dengan posisi melintang di tengah-tengah badan jalan sehingga menyebabkan kendaraan baik dari arah Denpasar dan Gilimanuk tak bisa melintasi jalan di lokasi kejadian.

Bahkan, sempat terjadi penumpukan antrean kendaraan sepanjang sekitar 8 Km di sekitar lokasi kecelakaan mulai dari Km 121 hingga Km 113 ke timur atau tepatnya di depan Kantor Pos Melaya.

Sedangkan untuk yang dari arah barat sempat terjadi penumpukan antrean kendaraan hingga di depan Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk atau sepanjang sekitar 7,5 km.

Penumpukan antrean kendaraan ini baru bisa diurai polisi yang dibantu sejumlah instansi lain pada Minggu dini hari sekitar pukul 01.00 Wita.

"Kami sudah langsungkan olah TKP, kasus kecelakaan maut ini masih kami selidiki. Pemicu kecelakaan ini diduga karena sopir mobil travel yang kurang berhati-hati sehingga oleng dan masuk kanan kemudian rebah ke kanan dan terseret hingga akhirnya menabrak truk yang datang dari arah berlawanan," pungkas Sukadana.

Angkernya Jalur Kecelakaan Maut di Jembrana, Dijaga Ancangan Naga Bontot

NEGARA - Kecelakaan maut kembali terjadi di Km 121-122 di Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, Sabtu (18/6/2017) malam.

Delapan orang tewas dan lima lainnya luka-luka dalam kecelakaan di jalur yang dikenal angker dan dijaga oleh Ancangan (Penunggu, red) berupa Naga Bontot di kawasan yang berdampingan dengan hutan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) tersebut.

Minggu (18/6/2017), sisa-sisa kecelakaan yang melibatkan mobil minibus Isuzu Elf nopol S 7485 N dengan truk tronton nopol DK 9455 WL ini masih terlihat jelas di Km 121-122, tepatnya sekitar 500 meter di sebelah barat Pura Tirta Empul Purwoning Jagat.

Serpihan kaca masih berserakan di pinggir jalan, berikut dengan pakaian para korban yang masih tersangkut di pohon.

Bahkan, bau anyir darah kerap masih tercium samar-samar ketika melintas tepat di lokasi mobil travel ini ringsek dan menewaskan delapan orang penumpangnya.

Sudah bukan rahasia lagi jika di jalur Km 121-122 Gilimanuk ini merupakan jalur angker yang kerap meminta "tumbal" dengan serentetan peristiwa kecelakaan yang bisa dikatakan aneh atau mustahil terjadi.

Untuk langkah antisipasi pihak kepolisian juga telah menebar sejumlah baliho peringatan jalur berbahaya.

"Jalur ini memang sangat angker karena di sini alas (hutan, red) Madurgama. Banyak wong samar yang berkeliaran di sekitar sini dan sudah berulangkali ada kecelakaan hingga meninggal dunia di sini," ungkap Mangku Nengah, Pemangku Pangempon Pura Tirta Empul Purwoning Jagat ketika ditemui Minggu kemarin.

Menurutnya, di kawasan yang termasuk dalam hutan TNBB ini memang seringkali terjadi kecelakaan yang sampai merenggut korban jiwa.

Beberapa bulan sebelumnya, seorang warga tewas di tempat usai tertimpa pohon perindang yang tumbang di pinggir jalan di sekitar Pura Sumur Kembar atau sebelah Barat Pura Tirta Empul.

Begitu pula dengan kejadian tahun sebelumya yakni seorang warga yang ditemukan tewas di dekat Sumur Kembar usai menenggak racun.

Berikut dengan serentetan kecelakaan yang menyebabkan sejumlah truk dan mobil L300 yang terguling tanpa sebab jelas di jalur ini.

Kuat dugaan, serentetan peristiwa hingga menelan korban jiwa ini diakibatkan oleh gangguan secara niskala yang memang kerap bermunculan di kawasan ini.

Masih menurut Mangku Nengah, berdasarkan penerawangan secara niskala dan pengalaman sejumlah warga sekitar, di kawasan ini seringkali muncul penampakan Naga Bontot.

Awalnya, terlihat seperti sebuah potongan kayu besar berwarna cokelat yang tiba-tiba berada di tengah jalan dan tak lama kemudian kayu tersebut mendadak hilang tanpa sebab.

Jika melihat potongan kayu tersebut warga diimbau untuk berhenti sejenak dan tak melintasi kayu tersebut agar terhindar dari musibah.

Kayu tersebut diyakini merupakan sosok Ancangan Betara berupa Naga Bontot atau Naga yang tak memiliki kepala dan ekor.

Naga Bontot ini memang kerap muncul sewaktu-waktu dan biasanya menampakkan dirinya kepada orang yang memang sedang memiliki halangan atau sebel.

Selain Ancangan Naga Bontot, di kawasan Pura Tirta Empul Purwoning Jagat ini juga dijaga oleh Ancangan dua ekor Macan berupa Macan Gading dan Macan Selem yang juga bisa menampakkan dirinya sewaktu-waktu.

"Dari kecelakaan-kecelakaan yang merenggut korban jiwa memang belum pernah dilakukan pecaruan di sekitar sini. Makanya sampai saat ini korban-korban kecelakaan ini masih gentayangan di sekitar sini," tandas Mangku Nengah yang sudah mengabdi di Pura Tirta Empul Purwoning Jagat ini semenjak 12 tahun lalu.

Jenazah Korban Kecelakaan Maut di Jembrana Dipulangkan ke Jember, Santunan Rp 50 Juta

NEGARA - Delapan jenazah korban dari kecelakaan maut mobil travel bodong dengan truk tronton sudah diberangkatkan ke rumah di duka di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (18/6/2017) siang. Kedelapan jenazah korban diberangkatkan dengan empat mobil jenazah milik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Negara yang dikawal oleh anggota Sat Lantas Polres Jembrana.

"Berangkat pukul 11.00 Wita," kata Kabid Humas Polda Bali, AKBP Hengky Widjaja, kemarin.

Sesampainya di Pulau Jawa, jenazah korban akan dikawal oleh tim Sat Lantas Polres Banyuwangi sampai menuju Kabupaten Jember.

"Begitu sampai Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, pengawalan diteruskan oleh Sat Lantas Polres Banyuwangi. Kita sudah koordinasikan," ujarnya.

Hengky juga menjelaskan, di dalam mobil jenazah juga sudah ada keluarga korban, serta Kepala Desa Suci Kecamatan Panti.

Mereka hadir untuk menjemput jenazah sanak keluarganya.

Sementara pihak Jasa Raharja Bali memastikan para korban tabrakan maut ini bakal mendapat santunan.

Kepala Cabang Jasa Raharja Bali, Sulistianingtias, mengatakan dana santunan kepada para korban kecelakaan ini akan segera dicairkan.

Untuk korban meninggal dunia, akan mendapatkan santunan senilai Rp 50 juta.

Sedangkan untuk lima korban yang mengalami luka-luka pihak Jasa Raharja masih menunggu rincian tagihan biaya perawatan dari rumah sakit dan puskesmas.

"Untuk santunan meningga dunia kita berikan kepada delapan orang korban yang semuanya akan dibayarkan di Jember karena ahli warisnya ada di sana. Santunan meninggal dunia maksimal Rp 50 juta, sedangkan untuk korban yang luka-luka nanti pihak rumah sakit yang nagih ke kita untuk biayanya," ujar Sulistianingtias saat ditemui di Kantor Pelayanan Jasa Raharja Wilayah Kerja (Wilker) Jembrana, kemarin pagi.

Ia pun berharap para pengendara lebih hati-hati dan selalu memeriksa kondisi kendaraan sebelum bepergian jauh.

"Kecelakaan ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu berhati-hati di jalan raya. Apalagi sekarang ini momen Mudik Lebaran, kendaraan harus diperiksa sebaik-baiknya dan kesehatan pengendara harus dijaga," katanya.








sumber : tribun
Share this article :

Visitors Today

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dreaming Post - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Sorga 'n Neraka