Jakarta, Demi mendapatkan penampilan sempurna dan
terlihat seksi, banyak wanita yang menghilangkan bulunya. Salah satunya
dengan waxing yang sering kali dilakukan di kaki, ketiak, atau bahkan
pada area kewanitaan. Tapi tanpa disadari, waxing bulu kemaluan bisa
menyebabkan risiko berbahaya bagi para wanita.
Jumlah wanita yang mengalami infeksi menyakitkan dan berpotensi menyebabkan kematian akibat waxing, meningkat. Bahkan, baru-baru ini di Amerika Serikat, seorang wanita masuk rumah sakit karena selulitis, infeksi kulit yang bisa mengancam keselamatan jiwa.
Suhu tubuhnya mencapai 38 derajat dan harus dirawat selama 15 hari dengan diberi cairan infus dan antibiotik. Bahkan dokter memperingatkan wanita itu bisa saja kehilangan kakinya. Oleh karena itu, dr Emily Gibson menyerukan kepada kaum perempuan untuk menghentikan kebiasaan menghilangkan bulu kemaluan.
"Tidak peduli betapa mahal dan kompleksnya alat yang digunakan, entah itu pisau cukur, alat cukur listrik, pinset, atau waxing, rambut akan tumbuh kembali dan akhirnya menang, sementara itu kulit menderita efek dari proses tersebut," jelas dr Gibson.
Pengupasan kulit bisa membuat seseorang rentan terhadap segala macam virus, termasuk kutil kelamin, herpes, impetigo, dan kurap. Studi yang diterbitkan British Medical Journal menemukan bahwa pada bulan Maret Brazilian Wax bisa meningkatkan risiko infeksi kulit akibat virus menular yang disebut moluskum kontagiosum.
Dua tahun lalu, peneliti di University of California, San Fransisco memperingatkan bahwa tren itu menyebabkan peningkatan lima kali lipat jumlah perempuan yang dirawat di rumah sakit dengan luka pada alat kelaminnya.
Dokter kosmetik dan ahli perawatan kulit, Dr Darren McKeown mengatakan bahwa waxing tidak hanya menghilangkan rambut, tetapi juga merusak beberapa lapisan di luar sel-sel kulit. Lapisan luar sel kulit yang disebut stratum korneum berperan penting sebagai penghalang antara tubuh dengan dunia luar.
Ketika penghalang itu tidak ada maka bisa dipastikan bakteri lebih mudah masuk ke tubuh dan menyebabkan infeksi kulit yang bisa menyebabkan gangguan serius. Penderita diabetes, penyakit ginjal, hati, atau gangguan imunosupresif mungkin berisiko sangat tinggi terhadap infeksi kulit.
Dr McKeown juga menegaskan bahwa penggunaan lilin yang tebal dan lengket akan sulit dicuci sehingga meningkatkan material panas di kulit dalam jangka waktu lama. Hal ini bisa mengakibatkan luka bakar atau munculnya jaringan parut. Sedangkan, dermatolog Dr Stephanie Williams mengatakan bahwa selangkangan merupakan bagian yang paling berisiko karena kulit di daerah itu lebih tipis.
"Anda bisa menurunkan risiko infeksi dengan teratur menggunakan body lotion yang mengandung asam hidroksil alpha untuk mengatasi kulit yang mengelupas atau bisa juga gunakan pelembab antiseptik sesuai prosedur," jelas Dr Williams, seperti ditulis The Sun, Kamis (1/8/2013).
Risiko kesehatan yang berbahaya lainnya akibat waxing yaitu:
1. Selulitis
infeksi bakteri yang berpotensi mengancam kesehatan kulit dan jaringan di bawahnya.
2. Herpes
infeksi kronis jangka panjang yang menyebabkan rasa sakit pada alat kelamin dan sekitarnya. Virus herpes simpleks bisa masuk ke tubuh melalui luka atau kulit yang rusak
3. Kutil kealmin
tumbuhnya daging kecil atau benjolan yang muncul di sekitar daerah kelamin atau dubur dan disebabkan oleh human papillomavirus (HPV)
4. Impetigo
infeksi bakteri yang menyebabkan luka merah dan bisa pecah. Ketika pecah, akan keluar cairan fluida yang menyebabkan kerak berwarna kuning kecoklatan pada kulit.
5. Kurap
bisa terjadi di beberapa bagian tubuh dan menimbulkan bulatan seperti ruam merah. Kurap disebabkan oleh jamur dan sangat menular.
6. Moluskum kontagiosum
sering terjadi pada wanita yang melakukan waxing. Gangguan ini bisa membuat kulit rusak dan akan terlihat jelas saat akar rambut dipotong atau dirobek.
7. Rambut tumbuh ke dalam
Setelah waxing, rambut baru akan mulai tumbuh. Karena penggunaan lilin, maka rambut akan terjebak di bawah permukaan yang menyebabkan benjolan disertai iritasi dan menyebabkan infeksi dalam waktu lama.
8. Bisul
infeksi foliker rambut yang disebabkan bakteri staphylococcus dan menyebabkan area itu terkena radang dan 'matang' karena berisi nanah.
Lalu, apa yang bisa dilakukan agar risiko waxing bisa diminimalisir?
1. Jaga kebersihan
Petugas harus mencuci tangan atau setidaknya memakai hand sanitizer agar steril. Jangan sampai dua kali mencelupkan lilin karena bisa mempermudah bakteri dari wadah masuk ke kulit. Selain itu, gunakan spatula baru untuk menghilangkan bulu Anda.
2. Cegah iritasi
Anda bisa menggunakan krim dengan kandungan hidrokortison satu persen selama beberapa hari di daerah yang baru saja Anda hilangkan bulunya. Hal ini akan mencegah iritasi serta membantu menangkal infeksi.
3. Perhatikan infeksi
Bercerminlah dan periksa apakah terdapat gangguan setelah Anda waxing. Misalnya apakah ada peradangan, rambut tumbuh ke dalam, ruam, atau luka. Cepat temui dokter jika Anda melihat ada pembengkakan atau merasakan gatal dan sensasi terbakar di area waxing.
Jumlah wanita yang mengalami infeksi menyakitkan dan berpotensi menyebabkan kematian akibat waxing, meningkat. Bahkan, baru-baru ini di Amerika Serikat, seorang wanita masuk rumah sakit karena selulitis, infeksi kulit yang bisa mengancam keselamatan jiwa.
Suhu tubuhnya mencapai 38 derajat dan harus dirawat selama 15 hari dengan diberi cairan infus dan antibiotik. Bahkan dokter memperingatkan wanita itu bisa saja kehilangan kakinya. Oleh karena itu, dr Emily Gibson menyerukan kepada kaum perempuan untuk menghentikan kebiasaan menghilangkan bulu kemaluan.
"Tidak peduli betapa mahal dan kompleksnya alat yang digunakan, entah itu pisau cukur, alat cukur listrik, pinset, atau waxing, rambut akan tumbuh kembali dan akhirnya menang, sementara itu kulit menderita efek dari proses tersebut," jelas dr Gibson.
Pengupasan kulit bisa membuat seseorang rentan terhadap segala macam virus, termasuk kutil kelamin, herpes, impetigo, dan kurap. Studi yang diterbitkan British Medical Journal menemukan bahwa pada bulan Maret Brazilian Wax bisa meningkatkan risiko infeksi kulit akibat virus menular yang disebut moluskum kontagiosum.
Dua tahun lalu, peneliti di University of California, San Fransisco memperingatkan bahwa tren itu menyebabkan peningkatan lima kali lipat jumlah perempuan yang dirawat di rumah sakit dengan luka pada alat kelaminnya.
Dokter kosmetik dan ahli perawatan kulit, Dr Darren McKeown mengatakan bahwa waxing tidak hanya menghilangkan rambut, tetapi juga merusak beberapa lapisan di luar sel-sel kulit. Lapisan luar sel kulit yang disebut stratum korneum berperan penting sebagai penghalang antara tubuh dengan dunia luar.
Ketika penghalang itu tidak ada maka bisa dipastikan bakteri lebih mudah masuk ke tubuh dan menyebabkan infeksi kulit yang bisa menyebabkan gangguan serius. Penderita diabetes, penyakit ginjal, hati, atau gangguan imunosupresif mungkin berisiko sangat tinggi terhadap infeksi kulit.
Dr McKeown juga menegaskan bahwa penggunaan lilin yang tebal dan lengket akan sulit dicuci sehingga meningkatkan material panas di kulit dalam jangka waktu lama. Hal ini bisa mengakibatkan luka bakar atau munculnya jaringan parut. Sedangkan, dermatolog Dr Stephanie Williams mengatakan bahwa selangkangan merupakan bagian yang paling berisiko karena kulit di daerah itu lebih tipis.
"Anda bisa menurunkan risiko infeksi dengan teratur menggunakan body lotion yang mengandung asam hidroksil alpha untuk mengatasi kulit yang mengelupas atau bisa juga gunakan pelembab antiseptik sesuai prosedur," jelas Dr Williams, seperti ditulis The Sun, Kamis (1/8/2013).
Risiko kesehatan yang berbahaya lainnya akibat waxing yaitu:
1. Selulitis
infeksi bakteri yang berpotensi mengancam kesehatan kulit dan jaringan di bawahnya.
2. Herpes
infeksi kronis jangka panjang yang menyebabkan rasa sakit pada alat kelamin dan sekitarnya. Virus herpes simpleks bisa masuk ke tubuh melalui luka atau kulit yang rusak
3. Kutil kealmin
tumbuhnya daging kecil atau benjolan yang muncul di sekitar daerah kelamin atau dubur dan disebabkan oleh human papillomavirus (HPV)
4. Impetigo
infeksi bakteri yang menyebabkan luka merah dan bisa pecah. Ketika pecah, akan keluar cairan fluida yang menyebabkan kerak berwarna kuning kecoklatan pada kulit.
5. Kurap
bisa terjadi di beberapa bagian tubuh dan menimbulkan bulatan seperti ruam merah. Kurap disebabkan oleh jamur dan sangat menular.
6. Moluskum kontagiosum
sering terjadi pada wanita yang melakukan waxing. Gangguan ini bisa membuat kulit rusak dan akan terlihat jelas saat akar rambut dipotong atau dirobek.
7. Rambut tumbuh ke dalam
Setelah waxing, rambut baru akan mulai tumbuh. Karena penggunaan lilin, maka rambut akan terjebak di bawah permukaan yang menyebabkan benjolan disertai iritasi dan menyebabkan infeksi dalam waktu lama.
8. Bisul
infeksi foliker rambut yang disebabkan bakteri staphylococcus dan menyebabkan area itu terkena radang dan 'matang' karena berisi nanah.
Lalu, apa yang bisa dilakukan agar risiko waxing bisa diminimalisir?
1. Jaga kebersihan
Petugas harus mencuci tangan atau setidaknya memakai hand sanitizer agar steril. Jangan sampai dua kali mencelupkan lilin karena bisa mempermudah bakteri dari wadah masuk ke kulit. Selain itu, gunakan spatula baru untuk menghilangkan bulu Anda.
2. Cegah iritasi
Anda bisa menggunakan krim dengan kandungan hidrokortison satu persen selama beberapa hari di daerah yang baru saja Anda hilangkan bulunya. Hal ini akan mencegah iritasi serta membantu menangkal infeksi.
3. Perhatikan infeksi
Bercerminlah dan periksa apakah terdapat gangguan setelah Anda waxing. Misalnya apakah ada peradangan, rambut tumbuh ke dalam, ruam, atau luka. Cepat temui dokter jika Anda melihat ada pembengkakan atau merasakan gatal dan sensasi terbakar di area waxing.
sumber : detik