SHANGHAI – Beberapa spesies burung primitif
yang hidup 130 juta tahun lalu telah beradaptasi dengan empat sayap
yang ada di tubuhnya. Inilah hasil riset terbaru tim palentolog asal
Cina.
Temuan ini terungkap berdasarkan hasil analisis yang dilakukan tim peneliti tersebut terhadap 11 spesimen fosil burung primitif bersayap empat yang ditemukan di Provinsi Liaoning, wilayah timur laut Cina.
Dalam laporan hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (14/3/2013), tim peneliti yang dipimpin Zheng Xiaoting dari Shandong Tianyu Museum of Nature, mengatakan bahwa burung awalnya punya empat sayap sebelum "membuang" bulu yang ada di tungkai bawah.
Menurut peneliti, transisi evolusioner pada spesies ini "mungkin memiliki peran yang penting dalam proses evolusi terbang". Sayap pada tungkai atas dipertahankan karena bisa mendukung aktifitas terbang lebih efisien.
Peneliti menduga, saat itu, moyang burung ini tampaknya menggantikan bulu pada tungkai belakang mereka dengan sisik dan mengembangkan kaki yang menyerupai kaki burung modern. Burung juga tengah bersiap untuk menggunakan tungkai belakang untuk begerak di darat, seperti burung robin.
Spesies dinosaurus dengan tungkai berbulu yang pertama kali ditemukan di Cina bernama Microraptod dan Sinornithosaurus. Bulu besar di kaki Microraptor digunakan untuk pergerakan di udara, misalkan untuk mempercepat penerbangan, atau meluncur diantara pepohonan atau terjun ke tanah.
Fosil burung primitif yang ditemukan kali ini mencakup beberapa kelompok Sapeornis, Yanornis, dan Confuciusornis. Estimasi oleh Xu Xing, anggota tim dari Instiute of Vertebrate Paleontology dan Paleoanthropology di Beijing, fosil-fosil itu diperkirakan hidup pada periode Cretaceous awal.
Penemuan terbaru ini memang mengonfirmasi adanya burung bersayap empat pada garis kekerabatan burung. Akan tetapi, fungsi aerodinamis dari konfigurasi spesies-spesies ini masih menjadi perdebatan.
Zheng berpendapat bahwa sayap di tungkai bawah yang dimiliki oleh nenek moyang burung tersebut pasti memiliki fungsi. “(Ini mendukung) fungsi aerodinamis, seperti mengangkat tubuh burung, mempercepat laju, dan atau meningkatkan kemampuan manufer burung saat sedang terbang” tulis Zheng dalam laporannya seperti dikutip oleh New York Times, Kamis.
Hasil penelitian Zheng dan timnya menarik perhatian paleontolog lainnya. Mark A. Norell, paleontog dinosaurus di American Museum of Natural History di New York mengatakan, banyaknya kuburan fosil Cretaceous Cina telah membuka pandangan akan keberadaan dinosaurus berbulu dan awal evolusi burung.
Temuan ini terungkap berdasarkan hasil analisis yang dilakukan tim peneliti tersebut terhadap 11 spesimen fosil burung primitif bersayap empat yang ditemukan di Provinsi Liaoning, wilayah timur laut Cina.
Dalam laporan hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (14/3/2013), tim peneliti yang dipimpin Zheng Xiaoting dari Shandong Tianyu Museum of Nature, mengatakan bahwa burung awalnya punya empat sayap sebelum "membuang" bulu yang ada di tungkai bawah.
Menurut peneliti, transisi evolusioner pada spesies ini "mungkin memiliki peran yang penting dalam proses evolusi terbang". Sayap pada tungkai atas dipertahankan karena bisa mendukung aktifitas terbang lebih efisien.
Peneliti menduga, saat itu, moyang burung ini tampaknya menggantikan bulu pada tungkai belakang mereka dengan sisik dan mengembangkan kaki yang menyerupai kaki burung modern. Burung juga tengah bersiap untuk menggunakan tungkai belakang untuk begerak di darat, seperti burung robin.
Spesies dinosaurus dengan tungkai berbulu yang pertama kali ditemukan di Cina bernama Microraptod dan Sinornithosaurus. Bulu besar di kaki Microraptor digunakan untuk pergerakan di udara, misalkan untuk mempercepat penerbangan, atau meluncur diantara pepohonan atau terjun ke tanah.
Fosil burung primitif yang ditemukan kali ini mencakup beberapa kelompok Sapeornis, Yanornis, dan Confuciusornis. Estimasi oleh Xu Xing, anggota tim dari Instiute of Vertebrate Paleontology dan Paleoanthropology di Beijing, fosil-fosil itu diperkirakan hidup pada periode Cretaceous awal.
Penemuan terbaru ini memang mengonfirmasi adanya burung bersayap empat pada garis kekerabatan burung. Akan tetapi, fungsi aerodinamis dari konfigurasi spesies-spesies ini masih menjadi perdebatan.
Zheng berpendapat bahwa sayap di tungkai bawah yang dimiliki oleh nenek moyang burung tersebut pasti memiliki fungsi. “(Ini mendukung) fungsi aerodinamis, seperti mengangkat tubuh burung, mempercepat laju, dan atau meningkatkan kemampuan manufer burung saat sedang terbang” tulis Zheng dalam laporannya seperti dikutip oleh New York Times, Kamis.
Hasil penelitian Zheng dan timnya menarik perhatian paleontolog lainnya. Mark A. Norell, paleontog dinosaurus di American Museum of Natural History di New York mengatakan, banyaknya kuburan fosil Cretaceous Cina telah membuka pandangan akan keberadaan dinosaurus berbulu dan awal evolusi burung.
sumber : detik