![]() |
Haruna Yukawa (kiri) dan Kenji Goto (kanan). |
TOKYO - Nasib dua warga Jepang, Haruna Yukawa (42) dan Kenji Goto (48) di ujung tanduk karena batas waktu penebusan yang diminta pihak ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) sebesar 200 juta dolar AS akan berakhir hari ini, Jumat (23/1/2015) sekitar pukul 12.00 WIB.
Siapakah kedua warga Jepang ini?
Yukawa kelahiran Perfektur Chiba, tetangga Tokyo mengaku dirinya konsultan militer, dan suka permainan perang-perangan sejak kecil. Istrinya meninggal karena kanker.
Yukawa tercatat pernah melakukan upaya bunuh diri dan memotong alat kelaminnya, setelah bisnis militernya mengalami kebangkrutan dan istrinya meninggal, semua itu membuat hidupnya terasa hancur.
Dia percaya dirinya sebagai manusia reinkarnasi dari Ratu Manchu yang memata-matai Jepang untuk perang dunia II. Di masyarakat Jepang dia dikenal sebagai waria, dengan penampilan lelaki tetapi bergaya wanita. Penguasaan bahasa Inggris-nya sangat sedikit sekali.
Ayahnya, Shoichi (74) mengatakan bahwa putranya menganggap dirinya sudah mencapai limit. Oleh karena itu daerah paling berbahaya pun terutama daerah perang dimasuki untuk bisa memperoleh senjata dan diperdagangkan olehnya. Uang ke tempat-tempat berbahaya itu pinjam dari perusahaan Jepang. Dia menjadi nasionalis dan dekat dengan sayap kanan ekstrim Jepang. Oleh karena itu dia mendekati pemimpin kelompok nasionalis Nobuo Kimoto (70), untuk menjadi penasehat di Perusahaannya.
Nama aslinya sebelumnya adalah Masayuki Yukawa, kemudian diubah menjadi Haruna Yukawa supaya kelihatan lebih seksi seperti wanita. Karena sikapnya yang agak aneh ini, Yukawa saat ini kurang diberikan di Jepang ketimbang Goto. Cerita hidupnya sebagian dapat dilihat di Facebook-nya ini https://www.facebook.com/haruna.pmc.
Sedangkan Kenji Goto kelahiran Kota Sendai tahun 1967 adalah penulis dan wartawan lepas untuk berbagai media Jepang, serta menulis beberapa buku mengenai daerah konflik di Sierra Leone dan daerah konflik Rwanda, serta pendidikan di Afganistan. Demikian pula buku tentang AIDS dan anak-anak di zona perang, dari Afghanistan hingga ke Afrika. Dia juga pengajar tidak tetap di Universitas Taisho Tokyo.
Lulusan Universitas Hosei University di Tokyo tahun 1991, bekerja untuk berbagai media sebelum mendirikan Independent Press, tahun 1996. Dia juga bekerja untuk PBB terutama UNICEF dan badan-badan pengungsi PBB.
Citranya sangat baik di Jepang dan sedikitnya 20 tahun melaporkan berita dari berbagai negara yang sedang berperang terutama di Timur Tengah dan Afrika. Memfokuskan pada kemanusiaan dan kehidupan manusia sehari-hari terutama daerah miskin.
Tahun 2006, dia memenangkan Sankei Children's Book Award untuk bukunya yang terbit tahun 2005 dengan judul Daiyamondo yori Heiwa ga Hoshii (Ingin Perdamaian Ketimbang Berlian).
Laporannya banyak muncul baik di TV NHK dan TV Asahi.
Seorang Kristen yang dipermandikan tahun 1990-an dan anggota gereja United Church of Christ in Japan serta anggota gereja di Den-en-chōfu, Tokyo.