Cyrus Network Tantang Lembaga Survei Unggulkan Prabowo-Hatta Buka-bukaan Data
JAKARTA - Cyrus Network menantang lembaga-lembaga survei yang memberikan keunggulan kepada Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada pemilihan presiden 2014.
Hasil Cyrus Network termasuk satu dari sekian lembaga survei yang memenangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Pilpres 2014.
"Tinggal print angkanya, kita tantangin buka-bukaan data, printernya disini, ada laptop tinggal diprint, kalau semua clear baru debat metodologi dan pencuplikan. Yang penting ada argumentasinya," kata Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Hasbi di Hotel Century, Jakarta, Kamis (10/7/2014).
Hasan mengatakan bila lembaga melakukan survei dengan benar maka akan meninggalkan jejak yang dapat diaudit secara forensik.
"Ada barang bukti atau tidak? Ada banyak kegiatan menghasilkan jejak contohnya pencuplikan TPS," imbuhnya.
Ia mencontohkan jika sebuah lembaga survei menggunakan sampel 2000 responden maka terdapat data beserta nomor telepon yang bisa dihubungi.
"Quick count akurasi sangat tinggi, karena tidak mungkin dimanipulasi," tuturnya.
Cara melakukan kroscek data, kata Hasbi, dengan membuka data TPS serta nama responden. Kemudian terdapat juga grafik stabilitas yang bergerak sesuai dengan data yang masuk.
"Posisi Prabowo berapa, Jokowi berapa. Quick count lembaga pasti ada jejaknya. Kita buka-bukaan dia punya jejak apa. Kalau terkonfirmasi benar disana, angkanya benar apa enggak, baru dapat pencuplikan distribusi sampling," imbuhnya.
Dalam sebuah survei, kata Hasbi, data tersebut sampai pada tingkat kecamatan, kota dan provinsi.
"Berani enggak adu kayak gini, kalau enggak berani ada apa-apa," imbuhnya.
Diketahui, ada empat lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta adalah Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia.
Tjahjo: Real Count Sementara Jokowi-JK 53,24 %, Prabowo-Hatta 46,76 %
JAKARTA - Tjahjo Kumolo, Ketua Tim Kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla, mengatakan pihaknya telah melaksanakan real count atau penghitungan berdasarkan data riil terkait pemungutan suara Pilpres 2014 yang telah digelar kemarin.
"Hasilnya menunjukkan Jokowi-JK 53,24 persen dan Prabowo-Hatta 46,76 persen," ujar Tjahjo saat menggelar jumpa pers di kantor Partai NasDem di Jakarta, Kamis (10/7/2014).
Tjahjo yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan ini mengatakan data yang diperoleh tersebut merupakan rekapitulasi yang dilakukan oleh para saksi dari Timkamnas yang tersebar di setiap wilayah di Indonesia.
Cara pengumpulan data itu, lanjut Tjahjo, yakni dengan memfoto formulir C1 plano yang dikirim melalui pesan elektronik atau SMS ataupun website ke pusat pengumpulan data di kantor DPP Partai NasDem.
"Salinan formulir C1 Plano dikumpulkan di NasDem Lantai 4, dibackup di Lenteng Agung, didukung dari relawan Jakarta yang digerakkan Bu Mooryati," kata Tjahjo.
Namun, Tjahjo mengatakan hasil real count itu belumlah final. Ia mengungkapkan sampai saat ini pihaknya telah mengumpulkan data sebesar 54 persen dan yang diverifikasi masih sebesar 83 persen.
"Data masih terus bergerak. Yang masuk ke kita 83 persen, semua di bawah kendali tim Jokwoi-JK di tingkat kabupaten, salinan formulis C1 akan dibawa semua ke Jakarta. Angka ini tak terlalu jauh dengan angka quick count," tutur Tjahjo.
Pengamat: Sangat Mudah Lihat Hasil Hitung Cepat Yang Aneh dan Wajar
DEPOK - Pengamat Politik Universitas Airlangga Haryadi MA mengatakan acuan penilaian kredibilitas lembaga survei sederhana saja, yakni melacak rekam jejak lembaga, dan metodologi survei yang digunakan.
Haryadi menambahkan, cara termudah lainnya adalah dengan melihat hasil survei, lalu disatukan dengan besaran margin error. Dari sana bisa dilihat rentangan hasil sebenarnya untuk survei itu.
Haryadi mengatakan dalam Pilpres 2014, sebenarnya cukup mudah melihat lembaga survei mana yang kredibel dengan melihat hasil quick count atau hitung cepat perolehan suara yang dirilis sejumlah lembaga survei.
Tujuh lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK yakni Populi Center, CSIS-Cyrus, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, RRI, dan Saiful Mujani Research Center, kata Haryadi, diketahui memiliki rekam jejak baik.
Selain itu, hasil hitung cepat tujuh lembaga survei tersebut ditambah lembaga Poltracking Institute. Hasil mereka nyaris sama, di mana perolehan suara Jokowi-JK mengungguli Prabowo-Hatta dengan selisih sekitar lima persen.
"Dengan margin error kurang lebih satu pesen, berarti berdasar hasil hitung cepat tujuh lembaga survei itu, maka dalam perhitungan hitung riil KPU, bisa dipastikan Jokowi-JK menang dengan rentangan 3 sampai 7 persen," kata Haryadi saat dihubungi, Kamis (10/7/2014).
Menurutnya jika hasil hitungan riil KPU di luar rentangan angka itu, maka berdasar hasil hitung cepat tujuh lembaga survei tersebut, bisa dipastikan ada manipulasi data perolehan suara.
Sementara empat lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta yakni Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia, mengeluarkan hasil hitung cepat dengan selisih kemenangan sekitar satu persen.
Dengan margin error sebesar kurang lebih satu persen, kata Haryadi, hasil hitung cepat itu justru menjadi aneh. Berdasar hasil hitung cepat mereka dengan margin errornya, perkiraan hasil hitung riil KPU antara draw atau kemenangan tiga persen untuk Prabowo-Hatta.
"Kesimpulan hasil hitung cepat ini aneh, karena menunjukkan ada kemungkinan draw atau seri. Karena aneh maka, lembaga surveinya bisa jadi tidak kredibel," kata Haryadi.
Ia mengatakan karena hasil hitung cepat aneh dan lembaga survei menjadi dinilai tidak kredibel maka, hal ini mencederai dan membuat imej lembaga survey secara umum terganggu.
"Di sisi lain, kasihan kubu Prabowo-Hatta, karena mereka tertipu oleh hasil survei tersebut," katanya.
Terbelahnya hasil hitung cepat dari beberapa lembaga survei telah menyebabkan masyarakat pemilih menjadi bingung. Ditambah masing-masing kubu capres telah mendeklarasikannya kemenangannya.
Namun dengan panduan yang dipaparkannya itu, kata dia, maka masyarakat cukup mudah bisa melihat lembaga survey mana yang bisa dipercaya dan hasil quick count mana yang bisa dipercaya.
Saham MNC, VIVA, BMTR, Anjlok Usai Quick Count Menangkan Prabowo
JAKARTA – Entah ada hubunganya dengan hasil hitung cepat atau quick count pilpres 2014 atau tidak, pasca pilpres saham dari kelompok nomor urut satu atau pendukung Prabowo-Hatta terjerembab ke lubang merah.
Saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN,), PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR) memerah pada perdagangan hari ini (10/7/2014).
Saham MNCN berada pada posisi 2570 atau merosot 160 bps atau 5,86 persen, sedangkan VIVA berada pada 250 atau turun 18 bps atau 6,72 persen . BMTR juga berada pada posisi 2020 atau turun 30 bps atau 1,46 persen.
Penurunan saham tersebut berbanding terbalik dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang menghijau dengan berada pada posisi 5088,71 dengan naik 64 bps atau 1,27 persen pada hari ini.
Guntur Tri Hadiyanto, Analis Pefindo mengatakan bahwa hal ini karena investor lebih melihat kepada sosok pasar yang lebih melihat kemungkinan nomor dua yang memenangkan pertarungan sesuai dalam quick count pada kemarin.
“Kemarin saya bilang, capres manapun yang menang pasar akan apresiasi, tetapi pasar melihat bahwa capres nomor dua lebih disukai. Terlebih kita bisa lihat saham-saham tim di capres nomor satu yang hari ini mengalami penurunan dalam," katanya ketika dihubungi Tribunnews.com, jakarta, (10/7/2014).
Hasil quick count memenangkan pasangan Jokowi dan JK. Pasar menilai lembaga survei yang menampilkan kemenangan Jokowi lebih dianggap kredible ketimbang yang lainnya.
Ia pun melihat dalam jangka pendek kinerja bursa saham akan bagus. Dengan hasil ini maka ada optimisme pemerintahan yang bersih, berpihak pada rakyat, iklim bisnis yang lebih baik, akan mendorong pasar untuk lebih positif.
"Semoga semua capres bersikap dewasa, sehingga terjamin keamanan pasca pilpres, dan kepastian siapa pemenang pemilu bisa segera pasti, dalam jangka pendek IHSG bisa dikisaran 5050-5150, " katanya.
Sebagai informasi, MNCN dan BMTR merupakan emiten yang dikomandoi Harry Tanoesoedibjo. Sedangkan VIVA merupakan saham dari kelompok usaha Bakrie yang memiliki anak usaha pesawat Televisi ANTV. Keduanya merupakan koalisi pendukung Prabowo-Hatta.
sumber : tribun