SBY Menyindir, Political Branding, PDIP Tetap Harus Koalisi - Dreaming Post
Online Media Realiable // Layak dibaca dan perlu!!
Home » , , , » SBY Menyindir, Political Branding, PDIP Tetap Harus Koalisi

SBY Menyindir, Political Branding, PDIP Tetap Harus Koalisi

Written By Dre@ming Post on Senin, 07 April 2014 | 08.28

"Sebaliknya, Pak Jokowi kalau mendengar apa yang hidup di kalangan rakyat (keraguan), yah bisa menyampaikan pikiran-pikiran, solusi, kebijakan yang akan dilakukan untuk atasi permasalahan bangsa yang begitu kompleks," kata SBY.
Cara Halus SBY Menyindir Jokowi

JAKARTA - Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo alias Jokowi, selalu meraih suara terbanyak melalui survei elektabilitas yang digelar hampir semua lembaga survei.

Gubernur DKI Jakarta itu memukau publik, antara lain, karena cara dia memimpin dan gaya hidupnya yang sederhana serta track record-nya yang relatif bersih dari kasus korupsi. Masalahnya, Jokowi adalah calon presiden Republik Indonesia, sebuah bangsa besar dengan 230 juta penduduk dengan begitu banyak masalah yang mendasar.

Pertanyaannya, apa visi Jokowi terhadap semua itu, dan bagaimana cara mengatasinya --publik belum banyak tahu karena Jokowi sendiri jarang berbicara mengenai masalah-masalah besar tersebut.

Saat berkampanya di Papua, misalnya, Jokowi enggan berbicara mengenai Freeport, perusahaan tambang asing yang mengeruk emas di Papua dan telah menjadi isu politik besar sejak jatuhnya Soeharto tahun 1998.

"Saya kira nanti setelah Pileg," ujar Joko Widodosaat ditanya wartawan mengenai Freepot. SBY terkesan coba menyindir Jokowi, yang masih banyak menyimpan "rahasia" terkait pandangannya mengenai masalah-masalah bangsa. SBY menyindir secara halus, tidak secara langsung.

Melalui rekaman video yang disebarluaskan melalui YouTube, Minggu (6/4/2014), SBY memulai penjelasannya dengan mengatakan setiap capres mempunyai peluang untuk menjadi presiden.

Tentunya, ada yang berpeluang lebih besar dan lebih kecil. Hanya, SBY menekankan bahwa saat ini belum tahu siapa yang akan dipilih rakyat dalam pilpres.

Presiden lalu mengaku mendengar pertanyaan apakah Jokowi betul-betul siap dan mampu untuk memimpin rakyat. Menurut SBY, saat ini rakyat tidak perlu langsung menganggap Jokowi tidak mampu. Namun, katanya, Jokowi juga perlu mendengar dan menjawab pandangan di tengah masyarakat itu.

"Sebaliknya, Pak Jokowi kalau mendengar apa yang hidup di kalangan rakyat (keraguan), yah bisa menyampaikan pikiran-pikiran, solusi, kebijakan yang akan dilakukan untuk atasi permasalahan bangsa yang begitu kompleks," kata SBY.

Dengan cara seperti itu, ditambah berdebat di berbagai tempat, tambah SBY, rakyat akan tahu apa yang dimiliki Jokowi dan bakal capres lain.

"Dengan demikian, pada saatnya nanti (rakyat) akan bisa menentukan siapa yang dianggap paling baik dan paling tepat setelah saya nanti (tak menjabat)," ucap SBY.

Dalam Hal Political Branding, Jokowi Jagonya

JAKARTA - Bakal Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo atau Jokowi dinilai sebagai politikus Indonesia paling sukses saat ini dalam melakukan political branding. Pasalnya, narasi tentang Jokowi telah mengakar kuat di masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk dalam Peluncuran dan Bedah Buku "Personal Branding: Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik" di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Minggu (6/4/2014).

"Saat ditanya siapa yang paling sukses melakukan political branding, ya Jokowi. Suka atau tidak suka," ujarnya.

Dalam acara itu, hadir Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin, musisi sekaligus calon anggota legislatif, Dwiki Darmawan, dan penulis buku Dewi Haroen.

Menurut Hamdi, keberhasilan seorang tokoh politik dalam melakukan branding diukur saat orang-orang mampu bercerita tentang tokoh itu secara fasih. Hal tersulit dalam branding, kata dia, adalah membangun narasi karena hal itu membutuhkan kompetensi sekaligus konsistensi sikap dari seorang tokoh.

"Personal branding itu penting di tengah ramainya caleg di pasar elektoral," imbuh Hamdi.

Guru Besar Fakultas Psikologi UI itu menambahkan branding berbeda dengan iklan. Iklan, kata dia, adalah salah satu dari branding.

Branding, lanjutnya, sama dan sebangun dengan menggali dan menemukan potensi dirinya untuk ditawarkan kepada masyarakat.

"Anda dipoles, lalu Anda beriklan satu, dua, tiga kali lalu branding Anda terbentuk, lupakan sajalah. Anda harus punya modal karakter, karakter itu seperti diamond. Ditaruh dalam lumpur pun tetap berkilau," tandasnya.

Pakar Nilai meski Jokowi Jagoan Survei, PDIP Tetap Harus Koalisi

JAKARTA - Banyak opini yang berkembang soal siapa kandidat Calon Presiden RI ke-7 paling potensial meskipun masih terlalu dini, mengingat semua tergantung dari hasil Pemilu Legislatif 9 April mendatang.

"Bahkan di antara para Capres hingga saat ini baru Wiranto yang sudah mengumumkan Calon Wakil Presidennya," kata Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, Sabtu (5/4/2014).

Menurutnya, walau Capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo, menempati posisi teratas dalam berbagai hasil survei dan Prabowo menempel ketat, tampaknya PDIP dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pun akan membutuhkan koalisi.

"Akan sangat strategis bila PDIP dan Gerindra berkoalisi dengan Golkar atau Demokrat," katanya.

Lebih lanjut Hendri mengatakan, beberapa tokoh senior Golongan Karya (Golkar) atau Capres Konvensi Demokrat juga punya peluang dan elektabilitas strategis untuk jadi Cawapres PDIP maupun Gerindra. Dikatakannya, Wiranto juga tidak boleh dipandang sebelah mata, mengingat elektabilitasnya belakangan meningkat berkat iklan politiknya yang tepat sasaran.

"Walaupun diprediksi belum dapat menandingi elektabilitas Jokowi atau Prabowo, tetapi Wiranto tidak bisa dipandang sebelah mata oleh capres lain," lanjutnya.

Lebih dari itu, kata Hendri, peluang Capres Partai Demokrat tetap ada, tergantung siapa yang nanti diumumkan sebagai pemenang. Dijelaskan Hendri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang berhasil membawa Indonesia menjadi lebih baik, sayangnya Demokrat banyak sekali melakukan kekhilafan yang akhirnya mendorong mereka ke jurang elektabilitas yang kurang baik.

"Justru yang dilakukan SBY saat ini secara perlahan-lahan mengangkat elektabilitas Partai Demokrat. Jadi, akan sangat menarik mengamati pergerakan parpol jelang Pileg 2014 terutama saat masa hari tenang ini," ujarnya.



sumber : tribun
Share this article :

Visitors Today

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dreaming Post - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Sorga 'n Neraka