Sinting..Cerita ABG Penyedia Cinta Sesama Jenis di Palembang - Dreaming Post
Online Media Realiable // Layak dibaca dan perlu!!
Home » , » Sinting..Cerita ABG Penyedia Cinta Sesama Jenis di Palembang

Sinting..Cerita ABG Penyedia Cinta Sesama Jenis di Palembang

Written By Dre@ming Post on Senin, 23 Desember 2013 | 16.32

“Mereka ingin tahu rasanya ML (making love) dan kita penuhi itu. Berperanlah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” kata A.
Homoseksual dan Lesbian Mulai Menular ke ABG di Palembang

PALEMBANG - Pria dan perempuan penyuka sesama jenis, gay atau lesbian, kini tak lagi dilakukan oleh orang dewasa.
Belakangan perilaku menyimpang tersebut juga melibatkan anak-anak di usia belasan. Cinta sejenis yang melibatkan dua anak manusia sesama jenis ini pun makin marak di Kota Palembang. Mereka pun sudah mulai nongkrong di tempat umum.
Penelusuran Sriwijaya Post, komunitas lesbi menyukai kawasan Museum BKB, Kambang Iwak Kecil (samping Masjid Taqwa), TVRI, dan Simpang Polda. Sedangkan untuk gay di BKB, Simpang Polda dan mall-mall. Meskipun terkesan tertutup tapi
sekarang kehadiran komunitas tersebut di tempat umum sudah sangat mudah untuk ditemui, mereka sudah lebih merasa bebas untuk menampakkan jati diri.

R (21) mengungkapkan, banyak ABG (anak baru gede) yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi gay. Perilaku anak sekolah tersebut tidak menunjukkan bahwa mereka adalah gay, namun R mengungkapkan bila dirinya sering kali bercumbu dengan anak-anak tersebut.
“Kalau dulu saya suka dengan brondong untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong (ABG) masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R saat dibincangi Sripo, Jumat (20/12/2013).
R juga adalah gay di Palembang. Namun, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit). Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay ABG, hanya dengan bersenang-senang, cinta satu malam hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.

ABG Pecinta Sejenis Bisa Dicari di Facebook, Twitter, dan BBM

PALEMBANG - R, salah satu penyuka sesama jenis buka-bukaan bagaimana dia mencari pasangan di media sosial.
“Tidak sulit mencari ABG sekong (sakit) di Facebook, Twitter atau BBM. Mereka lebih mudah diajak ketemuan. Kita janjikan dugem dan minuman gratis sudah mau diajak intim. Apalagi jiwa mereka yang masih anak-anak gampang dirayu dan dimanja,” ungkapnya.
Bercinta dengan gay ABG memiliki kesenangan tersendiri bagi R, karena mereka yang masih sekolah memiliki sifat ingin dimanja dan perhatian penuh oleh seseorang.
“Mereka butuh perhatian dan sikap manja, sedangkan kita juga ingin memberikan hal itu. Jadi cocok atau punya kesamaan. Yang satunya ingin kasih perhatian lebih dan satunya lagi butuh perhatian lebih,” ucapnya.
Dalam hubungan anak manusia sesama jenis juga mengenal pria (Top) dan wanita (Bottom). Gay ABG bisa berperan menjadi kedua-duanya, tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan sebagai apa. A (24) menuturkan, bila gay ABG yang sudah setengah jadi mudah diarahkan untuk berperan menjadi B (dari kata Bottom).
“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.
Para ABG ujar A, kecenderungan punya rasa ingin tahu lebih. Ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A. Di hadapan ABG tulen itu, A pun berperan menjadi perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang ABG.
“Mereka ingin tahu rasanya ML (Making Love) dan kita penuhi itu. Berperan lah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” katanya.
Selain mendapatkan ABG dari BBM, baik R ataupun A bisa mencarinya di sebuah halaman Facebook bernama Palembang Gay Boyz Zone atau PGBZone. Sebuah halaman di mana banyak gay di Palembang berbagi kontak dan profil mereka masing-masing. Twitter juga menjadi sarana mereka berkenalan.
Baik R atau A mengaku tak pernah berhubungan intim antarmereka. Hanya pernah suatu kali untuk bertukar pasangan (Swinger). Untuk menemukan pasangan gay lain, mereka juga memasang sebuah iklan pijat urut di media cetak.
“Tapi untuk kenalan di koran, kebanyakan adalah paruh baya. Tak pernah ada ABG,” bebernya.
Sementara bagi E (26), dirinya kurang begitu tertarik mencari gay ABG untuk menjalin hubungan serius terkecuali bersenang-senang. Terkadang teman-temannya sering menyodorkan ABG untuk diajak kencan atau berhubungan badan dalam sebuah kesempatan di hotel atau tempat dugem.
“Kalau kata teman-teman, brondong itu menggemaskan. Bisa jadikan mereka sosok yang lebih dewasa bila menjalin intim dengan brondong. Itu kalau si brondong mau jadi B,” jelasnya singkat.
E mengungkapkan, mudah menemukan gay ABG di pusat-pusat perbelanjaan. Hanya dengan saling memandang, para gay bisa saling mengetahui satu sama lain kemudian berkenalan. Para gay di Palembang juga sering kongkow di tempat keramaian seperti Benteng Kuto Besak (BKB) atau taman kota.
“Kalau gay tua nongkrongnya di toilet pria. Ciri-cirinya ada yang pakai anting sebelah, cincin di jari kelingking, dan ada juga yang hanya dengan menatap. Bila saling tatap hingga lebih dari lima kali sudah pasti gay. Untuk memastikannya, gay akan memainkan telunjuk saat berjabat tangan,” katanya.

Ini Peran 'Buchi' dan 'Femi' dalam Percintaan Sejenis

PALEMBANG - Komunitas lesbi memiliki dua peran. Ada yang menjadi buchi (pria) ada yang menjadi femi (perempuan). Layaknya laki-laki, lesbi buchi berpenampilan lebih macho, rambut pendek dan lebih berani.
Sedangkan femi (dari singkatan kata feminin) seperti wanita pada umumnya yang masih menjaga sisi kewanitaannya, hanya perasaannya saja yang tidak tertarik pada laki-laki sesungguhnya.
Menurut Indri yang nama buchinya Ndra, seorang buchi gaya dan tingkahnya pun seperti pria tulen, mereka menyukai tantangan, menyukai sesuatu yang berbau seorang lelaki dan tentunya mereka menyukai wanita juga. Femi memiliki kepribadian kewanitaan yang sangat menonjol.
Namun, tetap terjadi penyimpangan seksual pada dirinya. Perasaan suka, cinta ataupun nafsunya normal seperti biasa yaitu menjurus menyukai sosok wanita yang berprilaku seperti lelaki yang posisinya digantikan oleh buchi.
Buchi sendiri memiliki ciri seperti layaknya seorang pria. Mereka merokok, model rambutnya seperti pria, pendek dan bergaya stylish, biasanya memakai baju kemeja yang dibiarkan terbuka tidak dikancing ataupun menggunakan baju kaos, menggunakan celana pendek pria, ataupun celana jeans pria model melorot dan model biasa serta memakai aksesoris pria, seperti gelang, kalung rantai yang biasa dikenakan pria.

Jalinan kasih sejenis ini sangat tertutup untuk dimasuki orang luar, dalam komunitas lesbi ada sebuah komunitas yang menamakan diri mereka "Komunitas Anti Pria" yang sangat menjaga jarak dengan kaum laki-laki. Mereka saling menjaga rahasia bahkan dari keluarganya sendiri.  Salah seorang buchi ditemui Sripo, mengatakan jika mereka sangat nyaman menjalani kehidupan sebagai seorang lesbi, walau terkadang ada saja cemooh dari orang luar yang sering menyudutkanya.

"Saya pernah sakit hati saat masih duduk di bangkuk SMP oleh seorang pria. Saya benci dan ketika itu saya nyaman sekali dengan teman saya bernama Icha yang sangat menyayangi dan dapat mengerti saya. Sampai akhirnya saya makin dalam di komunitas ini," ujarnya.
Ia juga menyebutkan, jika menurut pengalamannya mengapa seseorang menjadi lesbi, ada beberapa faktor. Yaitu, faktor fisik, ada wanita yang dicampakkan oleh laki-laki yang menjadikannya benci hingga trauma untuk mengenal atau menjalin hubungan dengan laki-laki.
Selain, itu faktor lingkungan ketika seseorang bergaul dengan komunitas atau teman yang lesbi dan menemukan kenyamanan maka kemungkinan besar akan menular atau ikut menjadi bagian dari komunitas tersebut.
Faktor keluarga, keluarga yang tidak perhatian dan sering ada masalah di dalam keluarga tersebut hingga membuat seorang lebih nyaman di luar rumah dan bercerita dengan teman wanitanya.
Faktor didikan, terkadang orangtua yang menginginkan anak perempuannya menjadi kuat, berani dan dapat diandalkan mengubah imej atau cara berpikir anak menjadi kelaki-lakian hingga berujung anak nyaman dalam kondisi tersebut.
"Contohnya saya, yang masuk ke duania ini karena terpengaruh lingkungan, saat saya merasa tidak ada lagi yang peduli dengan saya tapi teman-teman disini sangat peduli dan mengerti hingga akhirnya saya pun menjadi seperti ini," ujar Ica salah seorang lesbi seraya menambahkan, menurutnya ia pernah berusaha untuk keluar dan bersikap normal, namun sangat sulit dan akhirnya memilih tetap menjadi Femi.


Kegiatan Positif Cegah Anak Berperilaku Menyimpang

PALEMBANG - Anak baru gede atau ABG yang menyukai sesama jenis menjadi tanggung jawab baik orangtua maupun masyarakat.
Mencegah dan mengatasi ABG agar perilaku seksualnya tidak berubah, banyak hal yang dapat dilakukan. Salah satunya, memberi mereka kegiatan yang positif.
“Orangtua bisa memberi kegiatan fisik yang positif pada anaknya, seperti mengikuti pelatihan olahraga atau membentenginya dengan agama yang kuat,” kata Siti Melda Meilita, perempuan kelahiran Palembang, 7 Mei 1990 yang akrab disapa Seli kepada Sripo, Sabtu (21/12/2013).
Seli mengaku prihatin dengan kondisi sekarang, kaum gay atau lesbi yang semakin banyak merembet hingga usia belasan. Apalagi mereka sudah tak lagi malu-malu untuk menunjukkan perubahan diri kepada khalayak umum.
Banyak hal yang menyebabkan perubahan prilaku tersebut. Menurut Seli diantaranya adalah pergaulan dan lemahnya kontrol orangtua terhadap anak, serta sikap masyarakat yang semakin acuh tak acuh.
“Ada yang karena pergaulan, awalnya biar eksis hingga akhirnya mengikuti temannya yang sudah lebih dulu berubah prilaku. Orangtua juga terlalu melepaskan mereka begitu saja, menganggap anak mereka aman padahal orangtua tidak bisa mengawasi ketat selama 24 jam,” sebut karyawan di salah satu bank pemerintah yang juga menjadi presenter televisi swasta di Palembang.
Putri pasangan M Rustam Effendi dan Rosalina Ghozali ini mengungkapkan, beberapa temannya juga mengalami hal serupa. Pentingnya bagi orangtua untuk mengetahui dan mengenal lingkungan si anak, menjadi salah satu faktor utama mencegah disorientasi seksual.
“Ada teman yang mengaku dia homo, ada juga yang membantah dia begitu meski prilakunya menunjukkan hal sama. Terlepas dari itu semua, kepedulian bersama menjadi kunci untuk mencegah dan mengobati mereka,” katanya.

Pemburu Gay Cukup Saling Pandang Sudah Paham

Munculnya fenomena lelaki atau wanita sesama jenis yang masih berusia belia di Palembang jelas menjadi sorotan. Meski masih tertutup, namun ternyata mendapati mereka tak bisa dibilang sulit.
“Tidak sulit mencari ABG sekong (sakit) di Facebook, Twitter atau BBM. Mereka lebih mudah diajak ketemuan. Kita janjikan dugem dan minuman gratis sudah mau diajak intim,” ungkap R, seorang lelaki homoseksual di Palembang, akhir pekan lalu.
“Mereka butuh perhatian dan sikap manja. Sedangkan kita juga ingin memberikan hal itu. Jadi cocok atau punya kesamaan. Yang satunya ingin kasih perhatian lebih, dan satunya lagi butuh perhatian lebih,” ucapnya R lagi.
Selain mendapatkan ABG dari BBM, komunitas ini bisa mencari pasangan di sebuah halaman Facebook bernama Palembang Gay Boyz Zone atau PGBZone. Sebuah halaman di mana banyak gay di Palembang berbagi kontak dan profil mereka masing-masing. Twitter juga menjadi sarana mereka berkenalan.
Untuk menemukan pasangan gay lain, R juga memasang sebuah iklan pijat urut di media cetak. “Tapi untuk kenalan di koran, kebanyakan adalah paruh baya. Tak pernah ada ABG,” ungkap R.
Sementara bagi E (26), dirinya kurang begitu tertarik mencari gay ABG untuk menjalin hubungan serius terkecuali bersenang-senang. Terkadang teman-temannya sering menyodorkan ABG untuk diajak kencan atau berhubungan badan dalam sebuah kesempatan di hotel atau tempat dugem.
“Kalau kata teman-teman, berondong itu menggemaskan. Bisa jadikan mereka sosok yang lebih dewasa bila menjalin intim dengan berondong. Itu kalau si berondong mau jadi B (bottom),” jelasnya singkat.
Ciri-ciri
E mengungkapkan, mudah menemukan gay ABG di pusat-pusat perbelanjaan. Hanya dengan saling memandang, para gay bisa saling mengetahui satu sama lain kemudian berkenalan. Para gay di Palembang juga sering kongkow di tempat keramaian seperti Benteng Kuto Besak (BKB) atau taman kota.
“Kalau gay tua nongkrongnya di toilet pria. Ciri-cirinya ada yang pakai anting sebelah, cincin di jari kelingking, dan ada juga yang hanya dengan menatap. Bila saling tatap hingga lebih dari lima kali sudah pasti gay. Untuk memastikannya, gay akan memainkan telunjuk saat berjabat tangan,” kata E.

Cerita ABG Penyedia Cinta Sesama Jenis di Palembang

Palembang - Anak-anak usia belasan di Kota Pelembang memiliki risiko mengalami penyimpangan orientasi seksual akibat pergaulan. Kesaksian dan penelusuran terhadap komunitas penyuka sesama jenis di kota ini dapat membuktikan hal itu.

Meskipun masih tersisa kesan tertutup, kehadiran komunitas tersebut di tempat umum sudah sangat mudah ditemui. Mereka terlihat sudah lebih merasa bebas menampakkan jati diri.
Sejauh ini, komunitas lesbian di Palembang menyukai kawasan Museum BKB, Kambang Iwak Kecil (samping Masjid Taqwa), TVRI, dan Simpang Polda. Sementara itu, gay menyukai BKB, Simpang Polda, dan mal-mal.
Seorang pemuda, R (21), yang adalah lelaki penyuka sesama jenis, mengungkapkan, banyak anak yang masih duduk di bangku SMP menjadi gay. 
“Kalau dulu saya suka dengan brondong (anak di bawah umur) untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R, Jumat (20/12/2013).
R mengaku, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit). Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay ABG, mulai dari "hanya bersenang-senang", "cinta satu malam", hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.
"Top" dan "bottom"
Dalam hubungan penyuka sesama jenis dikenal istilah top untuk pria yang berperan sebagai pria dan bottom bagi pria yang berperan sebagai wanita.

Gay ABG bisa berperan menjadi kedua-duanya. Tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan sebagai apa.
A (24), lelaki gay lainnya, menuturkan, gay ABG yang sudah "setengah jadi" mudah diarahkan untuk berperan menjadi B (dari kata bottom).
“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.
Para ABG, ujar A, memiliki rasa ingin tahu yang lebih. Mereka ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A. Di hadapan ABG tulen itu, A pun berperan sebagai perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang ABG.
“Mereka ingin tahu rasanya ML (making love) dan kita penuhi itu. Berperanlah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” kata A.




sumber : tribun
Share this article :

Visitors Today

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dreaming Post - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Sorga 'n Neraka